Liputan6.com, Jakarta Kabupaten Mamuju Utara tengah menjadi pembicaraan. Pasalnya, daerah bagian dari Sulawesi itu berubah nama menjadi Pasangkayu. Bukan tanpa alasan perubahan itu terjadi, alasannya dengan pemekaran tersebut bisa membangkitkan ekonomi masyarakat Pasangkayu.
Hal itu dibenarkan oleh Bupati Pasangkayu, Agus Ambo Djiwa. Ia mengatakan dengan adanya pemerakaran tersebut anggaran daerah tidak akan salah dan bisa merata. Selain itu, dengan pergantian tersebut, tidak ada lagi yang salah alamat kalau ke daerah itu.
Advertisement
“Nama itu berganti secara resmi pada Desember 2017. Ini adalah bentuk perjuangan tentang pergantian nama Pasangkayu. Sebelumnya, Mamuju Utara selalu dikira Mamuju, akibatnya anggaran tidak tepat sasaran,” cerita Agus Ambo Djiwa saat berkunjung ke Liputan6.com, Selasa (13/2/2018).
Mengenai salah alamat, cerita Agus, bahwa sempat Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo ingin berkunjung ke Mamuju Utara—sekarang Pasangkayu—namun salah lokasi. Presiden malah berkunjung ke Mamuju. Maka dari itu, pergantian nama itu menjadi sangat penting bagi masyarakat Pasangkayu.
“Iya, sampai Presiden Joko Widodo saja salah tempat. Padahal waktu itu jadwalnya mengunjungi Mamuju Utara,” ujar Agus Ambo Djiwa.
Ia menceritakan bahwa nama Pasangkayu tercetus bukannya tidak ada nilai historisnya. Awal mula nama Pasangkayu itu tercetus pada zaman perdagangan Belanda (VOC) saat mengunjungi Mamuju Utara.
Ketika mereka tiba di Tanah Sulawesi, dari atas kapal, mereka melihat ada dua batang kayu berdiri tegak lurus dari kejauhan di tengah laut.
“Para pendatang itu lantas berpikir, pasti ada daratan di sana. Sejak itulah, kawasan tersebut dikenal sebagai Pasangkayu yang sebelumnya bernama Mamuju Utara,” imbuh Agus.
Sementara itu untuk mengawali tahun 2018, Bupati yang sedang menjalani periode kedua ini, melanjutkan akan fokus pada pembangunan infrastuktur untuk memajukan Pasangkayu. Mulai dari mengembangkan akses jalan ke daerah-daerah Pasangkayu dan membuat jembatan ke daerah yang memerlukan.
Selain itu, Agus mengatakan akan membuat sebuah pelabuhan agar menjadi sebuah kawasan yang startegis untuk perikanan di Indonesia Timur.
“Pertama ini adalah akses jalan. Dengan begitu, masyarakat akan semakin mudah dalam menjual hasil alam ke pasar. Tidak menemui kesulitan. Selain itu, untuk sektor kelautan, kita akan membuat pelabuhan sebagai pelabuhan yang startegis,” tutur Agus Ambo Djiwa.
Sebelumnya, Agus telah mencanangkan sebuah program sama dengan Presiden Jokowi, yaitu ‘Blusukan’. Program tersebut fokus untuk membangun daerah yang dinamai Desa Smart.
Caranya, Bupati Pasangkayu beserta seluruh pejabat kabupaten blusukan ke desa-desa dan menginap ke lokasi tersebut. Selama dua hari, mereka menginap di tenda yang telah disediakan. Nah, di tenda tersebut mereka membuka pelayanan bagi masyarakat.
“Tentu ini sangat diapresiasi oleh masyarakat. Mereka—masyarakat—tak perlu takut lagi mengurus segala sesuatunya. Hasilnya, hubungan pemerintah dengan masyarakat pun jadi baik. Dan program pemerintah bisa berjalan dengan baik.
(*)