Liputan6.com, Jakarta: Potret pendidikan di Indonesia memang menyedihkan. Gedung sekolah yang nyaris ambruk nyaris ada di sejumlah daerah. Para murid pun terpaksa belajar dengan kondisi seadanya. Di tengah kondisi ini, sejumlah siswa berhasil menyabet penghargaan internasional. Prestasi yang mengaharumkan.
Prestasi pelajar Indonesia di ajang olimpiade sains internasional terus bermunculan. Prestasi mengharumkan itu dibidani seorang guru yang rela meninggalkan pekerjaan mapannya di Amerika Serikat yaitu Yohanes Surya. Dia memilih menjadi guru bagi anak-anak dari berbagai pelosok daerah di Tanah Air.
Yohanes menyelesaikan program doktor tahun 1994 dengan predikat cumlaude. Ia lalu bekerja sebagai konsultan fisika teori di Virginia, AS. Walau telah mendapat izin tinggal di AS, panggilan jiwanya sebagai pendidik menuntunnya kembali. Untuk satu tujuan, mengembangkan dunia pendidikan fisika di Tanah Air.
Perjalanan Yohanes tidak tanpa halangan dan cobaan. Profesor Yohanes sempat menganggur tanpa kerja tetap sehingga tabungan hasil kerja di AS habis untuk menghidupi keluarga. Untuk menyambung hidup, ia menulis buku dan memberi pelajaran fisika privat. Tekanan hidup tak menghancurkan semangat Yohanes.
Dengan gigih, Yohanes membimbing anak-anak berbakat. Ketekunan Yohanes juga tak lepas dari bantuan rekan-rekannya. Usaha keras Yohanes berbuah hasil. Kini ratusan sudah siswa Indonesia menjadi juara olimpiade sains atau matematika lahir dari tangannya. Tentu dengan cara dan metode yang dia buat sendiri.
Tak hanya para siswa yang dibekali ilmu, Yohanes memberi pelatihan bagi guru fisika dan metematika dari Sabang hingga Merauke. Sejak 2009, Yohanes menggandeng pemerintah daerah mengajar anak-anak di daerah terpencil. Anak-anak yang semula kesulitan belajar, ternyata bisa maju dengan cepat.
Bagi Profesor Yohanes, ilmu tidak membedakan suku, ras, atau agama. Kini Gedung Surya Research and Education Center dibangun di kawasan Bumi Serpong Tanggerang, Banten. Cita-cita Yohanes menjadikan Indonesia negara ilmu pengetahuan dan riset di bidang matematika dan fisika segera terwujud.(JUM)
Prestasi pelajar Indonesia di ajang olimpiade sains internasional terus bermunculan. Prestasi mengharumkan itu dibidani seorang guru yang rela meninggalkan pekerjaan mapannya di Amerika Serikat yaitu Yohanes Surya. Dia memilih menjadi guru bagi anak-anak dari berbagai pelosok daerah di Tanah Air.
Yohanes menyelesaikan program doktor tahun 1994 dengan predikat cumlaude. Ia lalu bekerja sebagai konsultan fisika teori di Virginia, AS. Walau telah mendapat izin tinggal di AS, panggilan jiwanya sebagai pendidik menuntunnya kembali. Untuk satu tujuan, mengembangkan dunia pendidikan fisika di Tanah Air.
Perjalanan Yohanes tidak tanpa halangan dan cobaan. Profesor Yohanes sempat menganggur tanpa kerja tetap sehingga tabungan hasil kerja di AS habis untuk menghidupi keluarga. Untuk menyambung hidup, ia menulis buku dan memberi pelajaran fisika privat. Tekanan hidup tak menghancurkan semangat Yohanes.
Dengan gigih, Yohanes membimbing anak-anak berbakat. Ketekunan Yohanes juga tak lepas dari bantuan rekan-rekannya. Usaha keras Yohanes berbuah hasil. Kini ratusan sudah siswa Indonesia menjadi juara olimpiade sains atau matematika lahir dari tangannya. Tentu dengan cara dan metode yang dia buat sendiri.
Tak hanya para siswa yang dibekali ilmu, Yohanes memberi pelatihan bagi guru fisika dan metematika dari Sabang hingga Merauke. Sejak 2009, Yohanes menggandeng pemerintah daerah mengajar anak-anak di daerah terpencil. Anak-anak yang semula kesulitan belajar, ternyata bisa maju dengan cepat.
Bagi Profesor Yohanes, ilmu tidak membedakan suku, ras, atau agama. Kini Gedung Surya Research and Education Center dibangun di kawasan Bumi Serpong Tanggerang, Banten. Cita-cita Yohanes menjadikan Indonesia negara ilmu pengetahuan dan riset di bidang matematika dan fisika segera terwujud.(JUM)