Dolar AS Perkasa, Harga Emas Tersungkur

Indeks dolar AS dan pernyataan Gubernur Sentral AS Jerome Powell soal suku bunga menekan harga emas.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Mar 2018, 06:45 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas melemah jelang akhir perdagangan. Pelemahan harian tersebut berkontribusi terhadap penurunan harga emas secara bulanan pertama kali sejak Oktober.

Penurunan harga emas ini juga dipengaruhi dolar Amerika Serikat (AS).Pernyataan Gubernur Bank Sentral AS atau the Federal Reserve Jerome Powell menekan pasar komoditas termasuk logam. Dalam testimoni pertama kali di depan Kongres, Powell indikasikan kenaikan suku bunga terutama pada pertemuan Maret.

"Kedengarannya lebih agresif untuk kebijakan moneter AS. Powel memberi sinyal ada kemungkinan kenaikan suku bunga sebanyak empat kali dimulai pada Maret. Pernyataan dia menekan pasar logam, imbal hasil obligasi dan pasar saham tetapi mendukung indeks dolar AS," ujar Analis Kitco, Jim Wyckoff,seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (1/3/2018).

Harga emas untuk pengiriman April melemah 70 sen atau kurang dari 0,1 persen ke posisi US$ 1.317,90 per ounce. Harga emas alami penurunan rendah sejak 9 Februari.

Sedangkan sepanjang Februari harga emas melemah 1,8 persen. Untuk harga perak melemah 0,2 persen atau 2,7 sen ke posisi US$ 16.407 per ounce.

Ada harapan kenaikan suku bunga bank sentral AS meningkat selama testimoni Powell pada Selasa waktu setempat.Dalam sambutannya, Powell menuturkan, pihaknya akan terus seimbangkan dan hindari ekonomi naik terlalu kencang. Selain itu, pihaknya akan mendorong inflasi mencapai dua persen secara berkelanjutan.

"Kenaikan suku bunga ada kemungkinan dilakukan pada pertemuan FOMC berikutnya pada Maret. Kenaikan suku bunga berlanjut sepanjang 2018," kata Analis Commerzbank, Carsten Fritsch.

Indeks dolar AS pun cenderung naik. Indeks dolar AS menguat 0,2 persen menjadi 90,56. Logam mulia sering dipatok pada dolar AS. Jadi cenderung turun ketika dolar AS. Adapun pembelian minat pada logam dibatasi karena indeks dolar AS catatkan level tertinggi dalam tiga minggu.

Sementara itu kekhawatiran inflasi dapat memicu pembelian emas karena dinilai safe haven. Kenaikan suku bunga akan menekan harga komoditas logam karena tidak ada imbal hasil bunga. Seperti diketahui, imbal hasil obligasi pada Rabu waktu setempat melemah menjadi 2,875 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Perdagangan Kemarin

Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sebelumnya, harga emas turun satu persen pada perdagangan Selasa. Penurunan harga emas tersebut usai Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menyatakan bahwa mereka akan tetap menaikkan suku bunga secara bertahap.

Mengutip Reuters, Rabu 28 Februari 2018, harga emas di pasar spot turun 1,1 persen ke level US$ 1.318,22 per ounce pada pukul 01.34 siang waktu London. Harga emas ini sempat menyentuh angka terendah dalam dua pekan di angka US$ 1.313,26 per ounce.

Sedangkan harga emas AS untuk kontrak berjangka April turun US$ 14,20 atau 1,1 persen ke level 1.318,60 per ounce.Penguatan dolar AS memberikan tekanan kepada harga emas. Selain itu, pernyataan dari Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell juga memberikan tekanan kepada harga emas.

Powell mengatakan kepada anggota Kongres AS bahwa suku bunga acuan Bank Sentral AS akan terus naik secara bertahap.

Konsensus the Fed saat ini telah memberi sinyal kenaikan tiga sampai empat kali tahun ini.

"Rasanya cukup netral dalam hal suku bunga bergerak maju," kata Bob Haberkorn, analis komoditas senior di RJO Futures.

Suku bunga AS yang lebih tinggi membuat harga emas tertekan karena emas tidak memberikan bunga.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya