Liputan6.com, Jambi - Peristiwa meninggalnya dua orang emak-emak di Kecamatan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo, Jambi, akibat diserang buaya di Sungai Batanghari memicu keresahan warga setempat. Misi perburuan oleh tim gabungan pun digalang.
Tim gabungan ini terdiri atas anggota Polres Tebo, Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, TNI, Basarnas dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Tebo.
Menurut Kapolres Tebo melalui Kabag Ops Kompol Jalaludin, proses perburuan buaya itu dilaksanakan sejak Selasa, 27 Februari 2018 dan dimulai dari aliran sungai yang berada di Desa Teluk Kuali.
Baca Juga
Advertisement
"Saya ingatkan agar seluruh tim jangan takabur dan ceroboh. Ini perburuan bukan untuk membunuh, tapi menangkap dan memindahkan buaya ke lokasi yang aman," ujar Jalaludin di Muaratebo, ibu kota Kabupaten Tebo, Rabu, 28 Februari 2018.
Proses perburuan dikomandoi oleh BKSDA Jambi. Sementara petugas lain hanya membantu. Mengingat, BKSDA adalah pihak yang berwenang sekaligus mengetahui proses penangkapan hingga penanganan satwa dilindungi, salah satunya adalah buaya.
"Jadi tugas kita adalah mengamankan warga, bukan ikut menangkap. Ikuti intruksi BKSDA," ujarnya lagi.
Bagi petugas yang memegang senjata, Jalaludin juga mengingatkan agar satu komando. Di mana proses penangkapan harus sesuai intruksi dari BKSDA Jambi.
"Jangan basing (asal) digunakan (senjata). Ingat, penangkapan ini bukan untuk membunuh," ucap Jalaludin.
Namun hingga Rabu sore, tim gabungan belum berhasil menangkap buaya di Sungai Batanghari itu. Petugas masih menelusuri alur Sungai Batanghari yang melintas di Kabupaten Tebo.
Proses perburuan buaya itu pun memicu rasa penarasaran warga yang ingin melihat. Ratusan warga menyemut di pinggir Sungai Batanghari untuk melihat proses pencarian. Akhirnya, petugas kepolisian memasang garis polisi agar keramaian warga tidak mengganggu proses perburuan.
Warga Takut ke Sungai
Camat Tebo Ulu, Yahoza, mengatakan beberapa titik kawasan perairan Sungai Batanghari di Kabupaten Tebo dikenal cukup rawan akan keberadaan buaya. Daerah itu seperti, Desa Pulau Temiang, Pulau Jelmu, Teluk Kuali, Lubuk Berta, Bungo Tanjung, Tanjung Aur dan Melako Intan.
Sebelum kejadian meninggalnya dua orang emak-emak dua pekan lalu, korban lain juga diketahui meninggal dunia. Antara Desember 2016 hingga Februari 2018 ini tercatat ada empat orang di Kabupaten Tebo meninggal dunia akibat diserang predator sungai itu.
Pertama pada Desember 2016, Rio Saputra, bocah SD berumur 12 tahun, diketahui meninggal dunia usai diserang buaya. Ia diserang saat bermain dekat sungai dan masih mengenakan seragam sekolah.
Kemudian pada Juni 2017, kembali seorang bocah berumur 10 tahun bernama Nabila diketahui meninggal juga karena serangan buaya. Terkini adalah Hopsah (55) dan Samsidar (66). Keduanya meninggal dunia hanya berselang beberapa hari akibat serangan buaya.
Hamdi, salah seorang warga Kabupaten Tebo, mengatakan akibat kejadian itu, sebagian warga yang berada di sepanjang aliran sungai Batanghari mulai menjauhi aktivitas dekat sungai.
"Warga takut, katanya masih terlihat buaya menampakkan diri di sungai," ujar Hamdi.
Ia berharap tim gabungan polisi, TNI, BKSDA, Basarnas dan Satpol-PP berhasil menangkap buaya yang telah meresahkan warga tersebut.
Advertisement
Dalam Seminggu, 2 Perempuan Diserang Buaya
Serangan buaya yang menimpa dua emak-emak di Kecamatan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo, itu memantik keresahan warga. Hingga akhirnya, BKSDA Jambi bersama tim gabungan lainnya memutuskan untuk melakukan perburuan.
Kedua perempuan tua itu diserang buaya hanya dalam waktu satu pekan. Korban pertama adalah Hofsah (53), warga Desa Pulau Jelmu, Kabupaten Tebo Ulu ini diketahui diserang buaya saat tengah mencuci di pinggir Sungai Batanghari yang tak jauh dari rumahnya.
Peristiwa nahas itu terjadi pada Sabtu pagi, 17 Februari 2018 sekitar pukul 08.00 WIB.
Jasad Hofsah baru bisa ditemukan 24 jam kemudian atau pada Minggu pagi, 18 Februari 2018 sekitar pukul 08.00 WIB. Ia ditemukan mengapung di sungai berjarak kurang lebih dua kilometer dari lokasi ia mencuci.
Korban kedua adalah Samsidar (66). Warga Desa Malako Intan, Kecamatan Tebo Ulu ini dilaporkan hilang pada Rabu, 21 Februari 2018, atau selang empat hari usai peristiwa nahas yang menimpa almarhum Hofsah.
Dari informasi warga, awalnya Samsidar ingin melihat kebun sayur miliknya yang berada di desa tetangga. Perjalanan menuju lokasi kebun dengan cara menyeberangi Sungai Batanghari.
Namun hingga sore hari Samsidar tak kunjung pulang. Keluarga yang curiga lantas menyusul ke kebun. Namun sosok Samsidar tak tampak, yang ada hanya sepasang sandal, baju dan sebuah galon minuman.
Karena khawatir, keluarga langsung melapor ke aparat desa dan warga lainnya.
Hingga akhirnya jasad Samsidar ditemukan sehari setelahnya atau pada Kamis, 22 Februari 2018 sekitar pukul 10.00 WIB. Jasad Syamsidar ditemukan mengapung di sungai berjarak dua kilometer dari lokasi pertama hilang.
Nahasnya lagi, jasad korban saat ditemukan ternyata sudah tidak utuh lagi. Kedua tangannya hilang, bagian perut ke bawah hingga kaki juga hilang. Melihat kondisi jasad korban itu, polisi menduga Samsidar hilang di sungai akibat dimangsa buaya.