Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan tren pelemahan. Bahkan kemarin, rupiah sempat menyentuh 13.700 per dolar AS.
Pelemahan rupiah ini membuat berbagai kalangan khawatir. Bukan tanpa alasan, setidaknya beberapa hal yang bisa berisiko jika rupiah terus melemah.
Pertama, jika pelemahan berlanjut, daya saing produk Indonesia baik domestik maupun ekspor akan mengalami pelemahan juga. Karena, saat ini beberapa sektor industri masih mengandalkan impor bahan baku dan barang modal.
Baca Juga
Advertisement
"Kalau dolarnya mahal, pasti ujungnya biaya produksi akan naik, dan pada akhirnya harga barang akan lebih mahal. Sementara konsumsi domestiknya masih stagnan, maka bisa mempengaruhi profit pengusaha juga," kata Ekonom INDEF Bima Yudhistira kepada Liputan6.com, Kamis (1/3/2018).
Untuk risiko kedua, Bima menuturkan, pelemahan rupiah bisa menjadi beban terhadap pembayaran cicilan dan bunga utang luar negeri pemerintah dan korporasi semakin membesar. Dengan demikian risiko gagal bayar utang swasta akan naik, terlebih masih banyak perusahaan yang belum melakukan hedging atau lindung nilai.
Sedangkan risiko ketiga adalah bisa mempengaruhi penyesuaian harga BBM. Bima menuturkan, Indonesia sebagai negara net importir minyak mentah sangat sensitif terhadap pergerakan dolar AS. Jika dolar AS menguat terhadap rupiah, harga BBM akan tertekan baik yang subsidi maupun non subsidi. "Efeknya penyesuaian harga BBM berbagai jebis diprediksi akan terus dilakukan," ujar dia.
Ia mengatakan tercatat impor minyak Indonesia sebanyak 350-500 ribu barel per hari karena produksi dalam negeri tak mencukupi konsumsi BBM. (Yas)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pidato The Fed Bikin Rupiah Melemah ke 13.700 per Dolar AS
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Rabu ini. Rupiah bahkan tembus ke level 13.700 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Rabu 28 Februari 2018, rupiah dibuka di angka 13.722 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.679 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.699 per dolar AS hingga 13.722 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 1,15 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Refersnsi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.707 per dolar AS. Patokan pada hari ini melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.650 per dolar AS.
Dolar AS memang menguat di seluruh pasar pada perdagangan hari ini. penyebab utama penguatan dolar AS adalah pernyataan dari Gubernur Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell.
Di depan Konggres AS, Powell mengatakan bahwa ekonomi AS terus penguatan. Angka inflasi juga akan terus naik.
Advertisement