Liputan6.com, Jakarta - Zyrex meluncurkan laptop terbaru SKY 232 Xtreme yang menargetkan generasi milenial, termasuk kalangan pelajar dan mahasiswa.
Untuk produk-produk mereka, Zyrex menganalisis buying power di pasaran dalam mengoptimalisasi spesifikasi produk.
Baca Juga
Advertisement
"Kemampuan pembelian di harga segitu (menengah), tapi dengan catatan produk value-nya bagus," kata Antoni Tiopan, VP of Products, Sales, & Marketing Zyrex pada acara peluncuran laptop terbaru Zyrex di Jakarta, Rabu (28/2/2018).
Laptop ini mengunggulkan desain ramping dan full metal sehingga nyaman dibawa, sementara layarnya yang full HD (Infinity Edge) berukuran 14 inci dengan resolusi 1920 x 1080 piksel.
Tersedia juga kamera depan 2MP dan digital Mic. Dari segi dapur pacu, performa laptop ini ditopang Intel Celeron Processor N3350 (2M Cache, up to 2.4 GHz), RAM 3GB DDRG, dan penyimpanan 32GB.
Dilengkapi pula dengan tambahan slot SSD, sementara baterainya berkekuatan 5000mAh/7.4V.
Produk lokal ini memang ditujukan untuk memuaskan kaum urban yang memakai laptop untuk menunjang kehidupan sosial mereka.
Laptop ini harusnya dibanderol Rp 3.299.000, tetapi laptop ini dapat dibeli seharga Rp 2.999.000 lewat JD.id.
Berkolaborasi dengan JD.id
Zyrex menjalin kolaborasi dengan JD.id untuk menjual SKY 232 Xtreme.
Melihat potensi perkembangan JD.id di Indonesia, akhirnya Zyrex memutuskan untuk bekerja sama dengan situs belanja tersebut.
Pertarungan di industri teknologi sendiri tidak hanya sebatas di bidang kualitas, melainkan sudah bermain di ranah brand.
Di era media sosial, produk-produk lokal harus bersaing dengan perusahaan luar negeri yang memiliki brand populer.
Advertisement
Brand Lokal Butuh Bantuan Pemerintah
Hal tersebut jelas tidak menguntungkan bagi industri lokal, karena meski mereka bisa bersaing dalam sisi kualitas, para konsumen nyatanya masih sering melihat brand sebagai tolak ukur.
"Saya harapkan pemerintah bisa melihat bahwa perusahaan-perusahaan Indonesia bisa menjadi aset. Kalau pemerintah melihat sebuah aset, maka pemerintah otomatis bisa mengangkatnya. Selama mereka melihat itu bukan aset, itu susah," kata Timothy Siddik, pendiri Zyrex di sela-sela konferensi pers laptop SKY 232 Xtreme di Jakarta.
Pria lulusan UC Davis itu membandingkan kondisi dengan di Amerika Serikat, di mana pemerintahan di sana sudah bisa berkolaborasi dengan industri teknologi mereka.
Tidak bisa dipungkiri, salah satu masalah di industri teknologi dan industri lokal lainnya adalah masalah branding.
Karena bersaing dengan brand global yang sudah populer, brand lokal perlu didukung oleh pemerintah agar juga mendapatkan perhatian dari khalayak.
"Sebuah produk nilai termahal bukan di komponennya, perusahaan yang mahal bukan di barang-barangnya tetapi nilai branding-nya itu. Oleh karena itu saya harap pemerintah melihat merek-merek Indonesia, itu (perusahaan Indonesia) harus menjadi aset," pungkasnya.
(Tom/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini