BI Diminta Gunakan Cadangan Devisa demi Tahan Pelemahan Rupiah

Volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini diperkirakan masih akan terjadi hingga Maret 2018.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 01 Mar 2018, 11:53 WIB
Petugas Bank tengah menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) diminta segera mengambil langkah di pasar untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi beberapa hari ini. Bahkan, rupiah sempat menyentuh posisi 13.800 per dolar AS.
 
Ekonom INDEF Bima Yudhistira mengungkapkan, saat ini cadangan devisa Indonesia sangat mencukupi untuk menahan gempuran sentimen dari Amerika Serikat (AS) yang mempengaruhi pergerakan rupiah.
 
"Yang harus dilakukan BI adalah menjaga rupiah dilevel psikologis. BI bisa gunakan cadangan devisa yang nilainya US$ 132 miliar untuk stabilisasi rupiah di pasar," kata Bima kepada Liputan6.com, Kamis (3/1/2018).
 
Dia mengatakan, volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini diperkirakan masih akan terjadi hingga Maret 2018. Karena pada bulan itu, banyak kalangan yang memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunganya.
 
Kondisi ini pernah terjadi saat The Fed akan menaikkan suku bunga pada November 2016. "Saat itu cadev turun 4 miliar dolar demi menjaga rupiah tetap terjaga," tambah dia.
 
Untuk terus meningkatkan cadangan devisa, Bima mengusulkan kepada pemerintah untuk menggenjot ekspor non migas dan meningkatkan nilai tambahnya. Selain itu, sektor pariwisata juga bisa menjadi sumber devisa sangat potensial yang terus ditingkatkan. 
 
Tonton Video Pilihan Ini:

Rupiah Nyaris 13.800 per Dolar AS, IHSG Naik Terbatas

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat terbatas pada perdagangan saham Kamis pekan ini. IHSG menguat di tengah bursa saham global yang melemah.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Kamis (1/3/2018), IHSG menguat terbatas 8,09 poin atau 0,12 persen ke posisi 6.605. Pada pukul 09.00 waktu JATS, IHSG naik 5,58 poin atau 0,08 persen ke posis 6.602. Indeks saham LQ45 menguat 0,22 persen ke posisi 1.102,65.

Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.Ada sebanyak 158 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Sedangkan 124 saham diam di tempat. 91 saham melemah.

Pada awal perdagangan saham, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.610,67 dan terendah 6.596,87.Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 91.528 kali dengan volume perdagangan 2,5 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 1,3 triliun.

Investor asing melakukan aksi beli Rp 31,57 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran 13.795.Sebagian besar sektor saham menghijau dengan dipimpin sektor saham infrastruktur yang naik 0,57 persen. Disusul sektor saham aneka industri mendaki 0,57 persen dan sektor saham tambang mengaut 0,29 persen.

Sedangkan sektor saham industri dasar melemah 0,69 persen.Saham-saham yang menguat antara lain saham RBMS naik 12,90 persen ke posisi Rp 280, saham MDIA mendaki 7,77 persen ke posisi Rp 222 per saham, dan saham ARMY menanjak 5,63 persen ke posisi Rp 338 per saham.

Sedangkan saham yang melemah antara lain saham TOPS melemah 5,89 persen ke posisi Rp 4.470 per saham, saham MBSS tergelincir 2,58 persen ke posisi Rp 755 per saham, dan saham ANTAM susut 2,09 persen ke posisi Rp 935 per saham.

Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 0,30 persen, indeks saham Jepang Nikkei susut 1,6 persen, indeks saham Singapura turun 0,51 persen, dan indeks saham Taiwan melemah 0,37 persen. Sedangkan indeks saham Shanghai naik 0,23 persen.

PT Ashmore Asset Management Indonesia menyebutkan IHSG melemah terbatas 0,03 persen pada perdagangan saham kemarin didorong saham kapitalisasi besar yang tertekan. Sedangkan pelaku pasar menambah portofolio di saham kapitalisasi kecil. Sektor saham keuangan alami penurunan terbesar pada perdagangan kemarin sekitar 0,7 persen.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya