Liputan6.com, Golan - Media pemantau isu Timur Tengah menyebut bahwa Israel telah mendanai setidaknya tujuh kelompok pemberontak di Dataran Tinggi Golan, Suriah -- menandai eskalasi keterlibatan Negeri Bintang David dalam konflik kebijakan (proxy conflict) di negara ber-ibu kota Damaskus itu.
Middle East Monitor atau MEMO pada Kamis (1/3/2018) menghimpun informasi itu dari sejumlah media Israel -- seperti Haartez -- dan menulis bahwa tujuh kelompok pemberontak di Golan menerima 'senjata dan amunisi dari Israel, juga uang untuk memberi persenjataan tambahan.
Baca Juga
Advertisement
MEMO juga menulis bahwa bantuan yang dilakukan oleh Israel datang setelah Amerika Serikat dan Yordania menghentikan dukungan terhadap para kelompok pemberontak di Golan.
"Pada Januari, pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menutup pusat operasi CIA di Amman, Yordania, di mana mereka mengkoordinasikan kelompok pemberontak di Suriah Selatan. Usai penutupan, sekitar puluhan ribu pemberontak yang biasa menerima dana dari AS kehilangan pendanaan," tulis MEMO mengutip Haaretz.
Kekosongan pendanaan itu membuat Israel berkesempatan masuk untuk memperkuat pengaruhnya dalam proxy conflict di kawasan.
"Israel punya dua tujuan (dari mendanai para kelompok pemberontak). Pertama, untuk membendung dan mengusir pengaruh Iran dan Hizbullah Lebanon (pro-Presiden Suriah Bashar Al Assad) dari Golan, Suriah Selatan," tulis MEMO.
"Kedua, pendanaan itu ditujukan untuk mempromosikan strategi mereka di kawasan ... melemahkan rezim Presiden Suriah dan sekutunya, Iran dan Hizbullah, serta semakin memperkuat posisi AS -- selaku sekutu Israel -- di Timur Tengah. Dan yang terpenting, demi melestarikan peperangan di kawasan," lanjut media itu.
Selain itu, lanjut MEMO, pendanaan Israel terhadap para kelompok pemberontak adalah untuk melancarkan upaya Negeri Bintang David dalam memperluas garis buffer zone Negeri Bintang David di Golan sejauh 40 Km ke Suriah.
Aneksasi Israel di Golan
Seperti dikutip dari BBC, Israel merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah pada tahap penutupan Perang Enam Hari 1967. Sebagian besar penduduk Arab Suriah melarikan diri dari wilayah tersebut selama konflik.
Jalur gencatan senjata didirikan dan wilayah tersebut berada di bawah kendali militer Israel. Usai perang, baik militer dan warga sipil Israel mulai menduduki serta membangun permukiman di Golan.
Suriah mencoba merebut kembali Dataran Tinggi Golan pada Perang Timur Tengah 1973. Meskipun menimbulkan kerugian besar pada pasukan Israel, upaya Suriah tersebut digagalkan.
Kedua negara kemudian menandatangani gencatan senjata pada tahun 1974 dan sebuah pasukan pengamat PBB telah berada di jalur gencatan senjata sejak 1974.
Israel secara sepihak kembali mencaplok Dataran Tinggi Golan pada tahun 1981. Langkah tersebut tidak diakui secara internasional.
Ada lebih dari 30 permukiman Israel di Golan, dengan sekitar 20.000 pemukim Bangsa Yahudi. Selain itu, ada pula sekitar 20.000 orang Suriah di daerah itu, yang kebanyakan dari mereka adalah anggota sekte Druze.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Bersamaan dengan Eskalasi Iran di Suriah
Kabar itu muncul di tengah laporan terbaru yang menyebut bahwa Iran juga tengah melakukan eskalasi pengaruhnya di Suriah -- sebuah langkah yang semakin memperkeruh dinamika proxy conflict di negara tersebut.
Sejumlah citra satelit menunjukkan bahwa Iran telah membuat sebuah pangkalan militer baru di Damaskus, Suriah. Pangkalan militer itu juga diduga menampung hanggar misil jarak jauh yang mampu menjangkau Israel.
Jika benar adanya, kabar itu akan sangat menyinggung Israel yang selama ini bertekad untuk mencegah Iran menanamkan pengaruh dan kehadiran militernya di Suriah.
Citra satelit yang berasal dari firma ImageSat International itu menunjukkan sepasang hanggar misil yang tampak baru dibangun, berlokasi di Jabal Ash Sharqi, sekitar 12 Km barat laut dari Damaskus. Kawasan itu saat ini dikuasai oleh militan Kurdi Suriah dan didukung oleh pasukan Korps Garda Revolusi Iran.
Hal yang semakin menguatkan dugaan bahwa fasilitas itu kepunyaan Iran adalah, struktur konstruksinya menyerupai hanggar milik Teheran di Al Qiswah yang dibom oleh Israel pada Desember 2017 lalu. Demikian seperti dikutip dari Telegraph.
Ketika dimintai keterangan pada Rabu 28 Februari lalu, Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman justru menyangsikan laporan tersebut.
Menhan Israel kemudian mengatakan, "Kami mendengar dan mengikuti berbagai laporan yang muncul. Kami juga akan bertindak di internasional untuk mencapai target yang harus kita capai."
Advertisement