Australia Mengenang Kapal Perang Dunia II yang Tenggelam di Selat Sunda

Kedutaan Australia di Indonesia menggelar upacara mengenang kapal perang yang tenggelam di Selat Sunda pada Perang Dunia II

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 01 Mar 2018, 13:16 WIB
HMS Perth (sumber: Kedutaan Australia di Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Sejarah masa perang yang sama-sama dialami oleh Australia dan Indonesia dikenang dalam upacara khidmat pada 28 Februari untuk menandai sebuah tragedi maritim.

Pada 1 Maret 1942, kapal HMAS Perth I, bersama dengan USS Houston, berhadapan dengan gugus tugas besar kapal Angkatan Laut Jepang di area masuk ke Selat Sunda.

Akibatnya, 353 awak terbunuh dalam aksi tersebut atau ikut tenggelam bersama Perth I. Sementara, 328 awak lain yang selamat ditangkap dan menghabiskan sisa masa perang di kamp-kamp tawanan perang.

Kapal USS Houston ditenggelamkan tidak lama kemudian.

Tujuh puluh enam tahun kemudian, kapal patroli Angkatan Laut Austalia HMAS Larrakia melaksanakan acara peringatan di situs-situs penenggelaman kapal tersebut. Demikian seperti dikutip dari rilis resmi Kedutaan Australia yang diperoleh Liputan6.com (1/3/2018).

Perhelatan itu dihadiri oleh Kuasa Usaha Kedutaan Besar Australia Allaster Cox dan Wakil Duta Besar Amerika Serikat Erin McKee yang kemudian meletakkan karangan bunga untuk menghormati mereka yang berjuang, kehilangan nyawanya dan sekarang terbaring di bangkai kapal masing-masing di dasar lautan.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:


Menjadi Koneksi Maritim RI - Australia

Awak HMS Perth (sumber: Kedutaan Australia di Indonesia)

Kuasa Usaha Kedubes Australia Allaster Cox, mengatakan kisah HMAS Perth I tetap menjadi koneksi maritim yang sangat bersejarah antara Australia dan Indonesia.

"Ada 353 warga Australia yang terbaring di dasar lautan di Selat Sunda. Australia berterima kasih pada pihak berwenang Indonesia atas bantuan mereka merawat situs ini," kata Kuasa Usaha Cox.

Hal yang sama disampaikan oleh Erin McKee, "Adalah harapan kami bahwa orang tidak hanya melihat kedua kapal ini sebagai warisan AS atau Australia, namun malah melihat cerita mereka dan pengorbanan yang dilakukan para pelaut ini sebagai bagian dari sejarah Indonesia."

"Harapan kami, ikatan sejarah ini akan segera diakui dengan deklarasi Zona Konservasi Maritim untuk melindungi bangkai kapal," tambah Kuasa Usaha Cox.

Upacara tahun ini khususnya istimewa bagi George Hatfield Junior, yang kehilangan ayahnya pada saat kapal HMAS Perth I tenggelam. Tahun ini George Junior ikut ambil bagian dalam peringatan. Tahun ini juga menandai perginya salah satu penyintas Perth I, David Manning, yang meninggal bulan lalu pada usia 95 tahun.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya