Liputan6.com, Jakarta Orang yang mengikuti jalur karir tertentu cenderung akan menghadapi permasalahan perkawinan. Dilansir dari Independent pada Jumat (2/3/2018), data statistik menunjukkan 42 persen perkawinan akan berakhir dengan perceraian. Sementara 34 persen pasangan suami istri akan berpisah sebelum 20 tahun usia pernikahan.
Meski banyak faktor yang melatarbelakangi timbulnya perceraian, ternyata karir yang Anda jalani memiliki dampak yang signifikan. Situs karir Zippia menemukan bahwa pekerja di bidang tertentu melihat tingkat perceraian lebih tinggi pada usia 30 tahun. Ditemukan juga bahwa mereka yang memiliki karir sebagai militer akan mengalami masalah pernikahan yang buruk, yang bisa berujung pada perceraian.
Advertisement
Data ini diikuti oleh mereka yang memiliki pekerjaan sebagai logistik, teknisi servis otomotif, dan mekanik. Kemudian diikuti oleh operasi taktis militer dan senjata udara.
Pekerjaan yang berpotensi tinggi akan perceraian
Faktanya memiliki karir di dunia militer memiliki potensi perceraian sebanyak 15 persen. Zippia mengemukakan bahwa tingkat perceraian adalah akibat stres yang disebabkan oleh layanan aktif ditambah dengan tekanan, pergerakkan yang terus menerus, dan kesulitan untuk mengintegrasikan dengan pasangan dalam kehidupan keluarga saat mereka pulang.
Sebuah studi terpisah yang diterbitkan dalam Journal of Population Economic menyebutkan bahwa pergerakkan militer yang dinamis memiliki dampak negatif pada pernikahan. Dalam kasus ini, ditemukan bahwa tingkat perceraian meningkat secara signifikan saat pasangan menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah, apalagi di tempat yang jauh.
Advertisement
Pekerjaan yang memiliki tingkat perceraian yang rendah
Sebagai perbandingan analisis data yang dilakukan Zippia mengungkapkan bahwa sebenarnya ada beberapa karier yang kurang berpengaruh pada berapa lama pernikahan Anda akan bertahan lama. Ini mengungkapkan bahwa pekerjaan dengan tingkat perceraian terendah akan dialami oleh mereka yang memiliki karir menjadi pekerja agama, dokter gigi, dan ahli patologi bahasa.