Menyibak 4 Percobaan Pembunuhan Ratu Elizabeth II

Sepanjang hidupnya, ternyata ada empat percobaan pembunuhan megerikan terhadap Ratu Elizabeth II. Berikut kisahnya...

oleh Afra Augesti diperbarui 01 Mar 2018, 23:02 WIB
Ratu Elizabeth II melihat peragaan busana dari perancang Inggris Richard Quinn dalam ajang London Fashion Week's BFC Show Space di London tengah, Inggris, 20 Februari 2018. (Yui Mok/AFP)

Liputan6.com, London - Seorang remaja berumur 17 tahun pernah mencoba membunuh Ratu Elizabeth II pada Oktober 1981 di Selandia Baru. Kala itu, Ratu dan suaminya, Pangeran Philip, sedang bertandang ke negara tersebut, tetapi rencana si tersangka berhasil digagalkan oleh polisi setempat dengan cepat dan tepat.

Kasus percobaan pembunuhan Ratu Elizabeth II tercatat rapi dalam dokumen resmi Security Intelligence Service (SIS), sebuah agen mata-mata Selandia Baru, yang dirilis pada 1 Maret 2018.

Dalam dokumen itu disebutkan, remaja laki-laki bernama Christopher Lewis melepaskan satu tembakan ke arah mobil Ratu Elizabeth II saat dia mengunjungi kota Dunedin di Pulau Selatan.

Dengan menggenggam senjata api berpeluru kaliber 0.22 milimeter, Lewis memposisikan diri di sebuah bilik toilet yang terletak di lantai 5 gedung bertingkat, dekat dengan kerumunan parade.

Ia merunduk. Matanya mengintip jeli untuk mengawasi sekitarnya, seraya menanti pasangan suami istri Monarki Inggris melintas di hadapannya. Setelah berjarak 500 meter, Lewis membidik.

Moncong senjatanya hanya diarahkan ke Ratu Elizabeth II. Dia terlihat baru turun dari mobil Rolls Royce yang membawanya berparade. Tak lama, Lewis menarik pelatuk senjatanya.

"Dor!", suara letusan senapan menggema di antara kerumunan. Beruntung, bidikan Lewis meleset sehingga tak mengenai Sang Ratu.

Tidak ada yang terluka satu pun. Kebingungan sempat pecah di antara kerumunan, tapi parade terus berjalan normal. Delegasi kerajaan yang ikut dalam arak-arakan tersebut bahkan bertanya kepada polisi tentang suara tersebut.

Namun demi mencegah kepanikan, polisi meyakinkan bahwa suara letusan yang baru saja didengar mereka adalah kembang api. Padahal, polisi sudah mengetahui itu adalah sebuah muntahan peluru dan ada percobaan pembunuhan terhadap Sang Ratu.

Pasukan keamanan khusus segera mencari tahu sumber tembakan dan berhasil meringkus Lewis, bersama dua temannya di lokasi kejadian. Akan tetapi, mereka ditangkap atas tuduhan perampokan bersenjata pada sebuah toko di dekat iring-iringan Ratu Elizabeth II.

Saat diinterogasi, barulah Lewis membeberkan tentang percobaan pembunuhan Ratu yang dilakukannya. Ia mengaku sebagai anggota sebuah organisasi sayap kanan bernama National Imperial Guerilla Army. Polisi kemudian menyimpulkan bahwa organisasi ini hanya akal-akalan Lewis saja, karena hanya memiliki tiga anggota.

Meski telah mengaku dan terdapat sejumlah bukti kuat, tuduhan pidana atas percobaan pembunuhan Ratu dibatalkan. Remaja yang akrab disapa CJ Lewis itu hanya didakwa atas pidana membawa dan mengeluarkan senpi di tempat umum, serta perampokan.

Ditambah lagi, dari hasil evaluasi psikologis, ia terbukti mengidap gangguan psikis yang semakin meringakan dakwaan hukumannya. CJ Lewis berfantasi bahwa ada 'seseorang' yang ia sebut sebagai The Snowman yang memerintahkannya untuk membunuh Ratu Elizabeth II.

Akhirnya, remaja itu dihukum penjara selama tiga tahun pada 10 Desember 1981.

New Zealand Herald mengatakan, pihak berwenang khawatir insiden itu bisa membahayakan kunjungan Kerajaan Inggris ke Selandia Baru di masa mendatang.

"Lewis memang awalnya berniat untuk membunuh Sang Ratu," kata dokumen tersebut, dikutip dari Straits Times, Kamis (1/3/2018).

"Namun ia tidak memiliki sudut pandang tepat untuk menembak atau memantik senapan api berkekuatan tinggi untuk menjangkau sasaran," imbuh pernyataan itu.

CJ Lewis meninggal bunuh diri di penjara -- atas kasus yang berbeda -- pada 1997, di usianya yang ke-33 tahun.


Pembobolan Istana

Ratu Elizabeth II mengenakan topi biru dengan aksen bunga saat hendak berpidato di parlemen (Carl Court/Pool via AP)

Ratu Elizabeth II berperan penting sebagai kepala Persemakmuran Inggris (The Queen of British Commonwealth Realm). Selama bertahun-tahun, jabatan ini membuat dirinya berada dalam lingkungan tak aman. Dia menjadi sasaran utama kelompok ekstremis dan orang-orang yang sakit mental.

Kasus lain yang menimpa Ratu terjadi pada tahun 1982. Seorang pria Inggris bernama Michael Fagan berhasil membobol masuk ke Istana Buckingham. Fagan sedang mabuk. Ia memanjat saluran pembuangan dan kemudian menerobos ke kamar tidur Ratu Elizabeth II.

Fagan dilaporkan duduk di ujung ranjang Ratu untuk mengobrol dengannya. Namun paada akhirnya, seorang staf kerajaan memergokinya dan menyuruhnya pergi dengan iming-iming sebotol whiskey.

Ketika diinterogasi, Fagan mengaku bahwa ia sangat terobsesi untuk bertemu dengan kepala negara. Karena itulah ia membobol istana dalam kondisi mabuk agar lebih berani menjalankan aksinya.

Insiden tersebut langsung dicap sebagai salah satu pelanggaran keamanan kerajaan terburuk abad ke-20.


Skema Kereta Kuda

Ratu Elizabeth dan Pangeran Philip merayakan HUT pernikahan ke-25 pada 1972. (Sumber AFP)

Sebuah rencana pembunuhan yang belum terungkap terjadi di Australia pada tahun 1970. Kala itu, kereta kuda yang membawa Ratu Elizabeth II menabrak sebuah batang kayu saat dia bepergian ke Lithgow, sebelah barat Sydney.

Seorang perwira polisi setempat mengatakan, pelakunya adalah kelompok ekstremis yang tidak diketahui identitasnya. Mereka meletakkan kayu melintang di rute perjalanan yag dilewati Ratu untuk menggulingkan kereta kuda dan menenggelamkannya ke tanggul.

Nyatanya, Dewi Fortuna berpihak kepada Ratu. Kereta kuda yang dinaikinya ternyata melaju terlalu lambat, sehingga kendaraan tersebut hanya terhempas sedikit.


Peledakan Bom

Pangeran Philip dan Ratu Elizabeth II (AP Photo/Kirsty Wigglesworth)

Ada skema yang jauh lebih mengerikan selain tahun 1981, ketika Ratu Elizabeth meresmikan sebuah pangkalan minyak di kepulauan terpencil di Skotlandia utara, Kepulauan Shetland.

Itu adalah ulah dari The Troubles in Northern Ireland dan kelompok anti-Inggris IRA. Mereka menyelundupkan bom berdaya ledak tinggi ke fasilitas tersebut. Namun, detonatornya gagal menyala dan Ratu selamat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya