Liputan6.com, Jakarta - Sepak bola memang sudah bukan lagi dunia yang digeluti Tonny Tanamal. Namun, jika menyebut namanya, orang langsung teringat dengan generasi hebat Persija Jakarta di era 1980-1990-an.
Ya, Persija Jakarta bisa dibilang sebagai satu-satunya klub profesional yang sempat diperkuat Tonny. Petualangannya bersama tim Macan Kemayoran berlangsung sejak 1987-1994. Sebelumnya, ia memang sempat berkiprah di PS Ambon dan PSP Bogor, tapi tak sampai bermain di kompetisi profesional.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Tonny, jalan yang harus dilalui untuk masuk tim inti Persija begitu berat. Maklum, saat itu Persija didominasi pemain-pemain senior yang sulit tergusur dari posisi inti. Tonny bersama Kamarudin Betay dan Herman Saleh menjadi pemain muda yang berjuang menembus pemain inti.
"Istilah dulu tuh Persija dibilang besi tua. Banyak jebolan-jebolan Galatama. Awalnya saya cadangan, setelah dapat kesempatan main, saya tunjukkan yang terbaik. Akhirnya saya terus menjadi pemain inti," ungkap Tonny saat berjumpa dengan Liputan6.com di GOR Soemantri, beberapa waktu lalu.
Tonny pun masih mengenang bagaimana momen saat ia menjalani laga perdana bersama Persija. Saat itu Persija tengah bermain di Medan dan melawan PS Bengkulu. Debut Tonny dihiasi dengan kemenangan 3-0 Persija.
Tak berlangsung lama, Tonny langsung mendapat kepercayaan sebagai kapten Persija Jakarta, yakni pada musim 1987/1988. Padahal, itu baru menjadi musim kedua Tonny bermain untuk Persija. Namun, penunjukkan Tonny juga bukan tanpa alasan.
Jadi Kapten
Saat itu Persija sedang melakukan proses regenerasi di mana banyak pemain senior yang dipinggirkan serta kehadiran banyak pemain muda. Alhasil, para pemain muda yang sudah tampil sejak 1986 dipromosikan. Yang cadangan pun ikut naik kelas.
Berbagai momen pun telah dijalani Tonny bersama Persija. Salah satunya adalah cedera yang membuat pelipis matanya sampai retak. "Karena bola tanggung, saya berniat melakukan heading, kaki Samsul Arifin kena bawah mata saya. Pernah juga saat Persija tampil di semifinal, adu penalti, saya gagal cetak gol karena ketepis. Semifinal lawan (Persib) Bandung. Kalau tidak salah kipernya M Sobur," kenang Tonny.
Sayang, kariernya bersama Persija terbilang sangat singkat. Ia harus mengucapkan kata perpisahan setelah penggabungan Galatama dan Perserikatan dilakukan pada 1994. Alasannya karena ia juga sulit pulih dari cedera lutut dan membuatnya tak lagi bisa bermain 90 menit.
Usianya saat memutuskan pensiun pun masih sangat muda, yakni 30 tahun. Lalu, ia mulai banting setir dengan bekerja di PT Jamsostek bagian pemanasan. Sampai berubah nama menjadi BPJS Ketenagakerjaan, Tonny masih mengabdi di sana.
Advertisement
Siap Bantu Persija
Namun, bukan berarti Tonny benar-benar menjauhi dunia sepak bola. Setelah pensiun, ia masih ikut berpartisipasi jika ada kejuaraan antarperusahaan. Ia juga sempat membuka sekolah sepak bola (SSB) dengan Donny Patynasarany di Bintaro.
"Tapi karena lapangannya dipakai untuk pembangunan perumahan, jadi hanya bertahan empat tahun. Saya pun sudah mengambil lisensi C sejak 2001," jelasnya.
Tonny juga sempat menjajal karier sebagai pelatih, yakni di Menteng FC. Namun, karena kesibukkan di kantor dan harus dinas di Purwakarta, ia pun meninggalkan profesinya sebagai pelatih dan fokus pada pekerjaan.
Kini, pengabdiannya bersama BPJS hanya tersisa satu tahun. Usai pensiun nanti, ia pun ingin kembali menggeluti dunia si kulit bundar. Karena kecintaannya kepada Persija, ia pun ingin membantu program pembinaan usia dini di klub kebanggaan masyarakat Jakarta itu.