Rupiah Melemah Dalam, BI Pastikan Cadangan Devisa Aman

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus bergerak melemah pada perdagangan Kamis ini.

oleh Bawono Yadika diperbarui 01 Mar 2018, 20:00 WIB
Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia memastikan cadangan devisa (cadev) tetap aman meskipun terus digunakan untuk intervensi pasar demi penghadapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pekan ini, rupiah terus tertekan hingga sempat menyentuh angka 13.800 per dolar AS. 

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi menyatakan, cadangan devisa tetap aman meskipun pelemahan rupiah cukup dalam pada hari ini.

"Dengan surplus neraca pembayaran, BI punya ruang tambahan untuk cadangan devisa. Misal saja, pada tahun lalu, kita surplus sampai dengan Rp 12 miliar," tuturnya.

Ia menyatakan neraca pembayaran yang surplus merupakan salah satu faktor domestik yang mampu menahan pelemahan rupiah.

"Ini karena variabel ekonomi domestik kita positif. Mulai dari angka Product Domestic Bruto (PDB) yang naik, data inflasi, neraca pembayaran, sampai confident ekonomi yang mencerminkan by rating ini semua positif. Faktor domestik ini semua seharusnya membuat rupiah tidak melemah secara tajam," kata dia.

Doddy melanjutkan, selain cadangan devisa yang terjaga, ia juga mengharapkan pelemahan ini berdampak positif bagi Indonesia.

"Kalau ada perusahaan yang bahan bakunya dari dalam negeri, maka seharusnya ini positif. Jadi selalu ada yang senang kita rupiah melemah dan juga ada yang marah. Semoga pelemahan ini bisa dimanfaatkan oleh eksportir. Yang penting bagi BI adalah bisa menjaga stabilitas, sehingga confident dalam negeri bisa terjaga," tutupnya.


Sempat Sentuh 13.817 per Dolar AS

Petugas mengecek lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Guna memenuhi kebutuhan uang tunai selama perayaan Natal dan Tahun Baru 2018, Bank Indonesia (BI) menyiapkan uang kartal sebanyak Rp 193,9 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus bergerak melemah pada perdagangan Kamis ini. Penguatan dolar AS memang teradi terhadap hampir seluruh mata uang di dunia.

Mengutip Bloomberg, Kamis (1/3/2018), rupiah dibuka di angka 13.662 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.751 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.760 per dolar AS hingga 13.817 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 1,67 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.793 per dolar AS. Patokan pada hari ini juga melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.707 per dolar AS.


Komentar The Fed

Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar dolar AS memang menguat terhadap seluruh mata uang dunia. Penguatan dolar AS lebih tinggi akibat euro melemah karena kekhawatiran akan angka inflasi.

Dolar AS menguat setelah komentar dari Gubernur Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell yang cukup optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi di AS.

Berbeda sekali dengan AS, data inflasi yang melemah di zona euro memberi tanda-tanda bahwa Bank Sentral Eropa akan kembali memberikan stimulus sehingga membanting euro ke posisi terendah lima minggu terhadap dolar AS dan enam bulan terhadap yen Jepang.

The dollar index naik ke level tertinggi lima minggu di 90,746, karena optimisme Powell terhadap ekonomi AS menyarankan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga empat kali di tahun ini, di atas perkiraan pasar.

"Pelaku pasar sebenarnya memperkirakan bahwa Bank Sentral Eropa akan menaikkan suku bunga di tahun ini, tetapi pada kenyataannya justru belum jelas," tutur Makoto Noji, senior analis Nikko SMBC dikutip dari Reuters

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya