Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandez mengatakan, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memiliki tantangan besar untuk meraup suara dari kaum muda dalam pemilu mendatang.
Menurut Arya, kurangnya pengalaman berkarir di dunia politik pada kader PSI menjadi salah satu faktornya.
Advertisement
"Saya kira berat bagi PSI walaupun menyasar segmen orang muda. Kenapa berat? Faktor pengalaman politik," ucap Arya, dalam sebuah diskusi di Jakarta Pusat, Kamis (1/3/2018).
Ia menyebutkan, tantangan lain PSI adalah harus bersaing sayap-sayap muda partai lain yang lebih dulu menyasar anak muda.
"Tantangannya berat. Bagaimana menghadapi sayap-sayap muda di banyak partai, (yang juga) sudah berdarah-darah (dalam berjuangnya)," sebut Arya.
Sementara bagi partai secara umum, kaderisasi yang belum berjalan baik masih menjadi momok.
Partai, menurutnya, masih memilih jalan pintas kaderisasi. Caranya dengan memilih orang-orang populer yang diharapkan dapat meraup suara pemilih dengan mudah.
"Secara politik kepartaian tidak ada masalah, tapi kalau ke depan, tidak bagus juga untuk kaderisasi," kata Arya.
Hambatan Kaum Muda Masuk Partai
Kritik Arya yang lain adalah partai belum memfasilitasi masyarakat yang tidak memiliki uang atau relasi untuk bergabung di suatu partai politik.
"Itu kan menyulitkan bagi orang-orang yang gak punya relasi biologis atau tidak punya uang. Bagaimana mungkin kita berkontestasi," ujarnya.
Ditambah lagi, partai politik belum memberikan ruang bagi para aktivis untuk berkembang di dalamnya. Padahal, menurut peneliti CSIS ini, para aktivis tersebut telah lebih dulu terjun ke tengah masyarakat.
Faktor-faktor tadi menyebabkan kaum muda seringkali enggan bergabung ke partai politik.
"Banyak yang sudah lama di HMI (misalnya), yang ketika masuk partai tidak dapet posisi bagus, itu problem buat bikin anak-anak muda tertarik," sambungnya.
Advertisement