Liputan6.com, Pekanbaru - Mengamuk di sebuah pesantren di Desa Balai Makam, Kecamatan Bathin Solapan, Kabupaten Bengkalis, Riau, pria inisial M berurusan dengan penegak hukum. Dia dilaporkan pengurus pesantren ke Mapolsek setempat untuk penyidikan lebih lanjut.
M bukan orang gangguan jiwa. Dia merupakan ayah dari santri di pesantren tersebut berinisial IW yang sebelumnya mengaku dianiaya ustaz di sana. Dugaan penganiayaan itu juga dilaporkan ke polisi oleh keluarga IW.
"Kasusnya memang benar ada, saling lapor antara pengurus pesantren dan keluarga santri," kata Kabid Humas Polda Riau Kombes Guntur Aryo Tejo, Kamis, 1 Maret 2018.
Baca Juga
Advertisement
Guntur menerangkan, kejadian ini bermula ketika keluarga IW melihat telepon seluler dan ada panggilan tak terjawab. Panggilan itu dari seorang ustaz di pesantren dimaksud.
Keluarga IW menghubungi balik serta menanyakan alasan menelepon. Sang ustaz di sambungan telepon menyebut IW sudah beberapa hari tak masuk sekolah karena sakit.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Saling Lapor
Pihak keluarga lalu ke pesantren untuk melihat IW pada 26 Februari 2018. Di sana, IW ditemui sakit di asrama dan menerangkan telah ditampar seorang ustaz hingga alami sakit luar biasa pada telinga.
"Keluarga kemudian membawa ke rumah sakit, hasilnya dinyatakan ada darah di telinga. Santri ini lalu dibawa pulang," kata Guntur.
Ayah IW yang tak terima datang lagi ke pesantren itu dan mencari ustaz yang telah menampar anaknya. Karena tak ditemukan, ayah IW mengamuk sembari memukul kaca dan membanting meja.
Pengurus pesantren sudah berusaha menenangkan ayah IW. Namun, dia terus mengamuk hingga akhirnya pergi dari lingkungan pesantren.
"Kejadian ini dilaporkan ke polisi, keluarga juga melaporkan dugaan penganiayaan ini," kata Guntur.
Advertisement