Liputan6.com, New York City - Sejumlah peneliti telah membentuk pohon keluarga terbesar yang mencakup data sekitar 13 juta orang. Dengan pohon tersebut, memungkinkan para ilmuwan untuk menggali sejarah Eropa dan Amerika Utara.
Jumlah data yang lebih besar dari populasi Belgia itu, telah memberi wawasan tentang pernikahan dalam kurun 500 tahun dan migrasi yang melintasi Atlantik.
Dikutip dari Independent, Jumat (2/3/2018), pohon keluarga itu juga memungkinkan ilmuwan untuk menyelidiki peran yang dimainkan gen dalam memengaruhi umur manusia.
"Melalui kerja keras banyak ahli silsilah yang ingin mengetahui tentang sejarah keluarga mereka, kami mengumpulkan banyak pohon keluarga, dan muncul lah sesuatu yang unik," ujar penulis senior studi, ilmuwan komputer di Columbia University, Profesor Yaniv Erlich.
Erlich juga merupakan kepala staff sains di MyHeritage, sebuah perusahaan pengujian silsilah dan DNA yang memiliki situs silsilah bernama Geni.
Baca Juga
Advertisement
Untuk membuat pohon keluarga yang superbesar itu, para ilmuwan menggali 86 juta profil yang tersedia di Geni.
Mereka kemudian menggunakan teori grafik matematika untuk mengorganisir data dan mengumpulkannya dalam sebuah pohon keluarga, di mana pohon itu berisi 13 juta orang yang mencakup rata-rata 11 generasi.
Data dalam silsilah keluarga tersebut mencerminkan bahwa demografi orang yang menggunakan Geni 85 persennya berasal dari Eropa dan Amerika Utara.
Analisis data tersebut menunjukkan tren historis seperti meningkatnya kematian selama perang, sejak Perang Saudara di Amerika hingga Perang Dunia II. Data tersebut juga mengungkap menurunnya angka kematian anak selama Abad ke-20.
Melihat Pola Migrasi
Para ilmuwan juga melihat pola imigrasi dan pengaruhnya terhadap pernikahan melalui pohon keluarga itu.
Pada 1750, mereka menemukan bahwa warga Amerika menemukan pasangannya rata-rata hanya berjarak 10 km dari tempat kelahirannya. Namun pada 1950, jarak tersebut bertambah hingga menjadi 100 km.
Mereka juga menemukan bahwa perempuan di Eropa dan Amerika Utara lebih senang bermigrasi dibanding laki-laki dalam beberapa abad. Namun jika laki-laki pindah, mereka akan melakukan perjalanan lebih jauh dibanding perempuan.
Para peneliti pun bisa melihat peran gen terhadap umur seseorang selama beberapa abad.
Mereka menemukan bahwa rata-rata, mereka yang memiliki gen umur panjang akan memiliki umur 'tambahan' sebanyak lima tahun. "Itu tidak banyak," ujar Erlich.
"Penelitian sebelumnya menemukan bahwa merokok dapat mempersingkat usia seseorang hingga 10 tahun. Hal itu berarti pilihan hidup seseorang lebih berarti dibanding genetik," imbuh dia.
Advertisement
Kita Saling Terkait Satu Sama Lain
Studi mereka telah dipublikasikan di jurnal Science. Sejumlah ilmuwan berharap bahwa hasil tersebut akan menjadi sumber berguna.
"Kami berharap bahwa kelompok data ini dapat bermanfaat bagi ilmuwan dalam penelitian di topik lain," ujar Profesor Erlich.
"Ini adalah saat yang menyenangkan bagi peminat sains," ujar seorang ahli demografi Univeristy of Oxford, Dr Melinda Mills.
Sementara itu seorang ahli genetika kuantitatif, Profesor Peter Visscher, mengatakan bahwa silsilah yang telah direkonstruksi itu menunjukkan bahwa kita saling terkait satu sama lain.
"Fakta ini diketahui dari prinsip sejarah populasi dasar. Namun, apa yang para peneliti capai sangat mengesankan," ujar Visscher.