Lukisan Berkanvas Jaring Laba-Laba Buat Takjub Dunia

Lukisan yang digambar di kanvas berbahan jaring laba-laba dinilai spesial, apa yang membuat pelukisnya begitu dihormati?

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mar 2018, 19:00 WIB
Cobweb painting yang ada di Charles Deering Mccormick Library of Special Collections, Northwestern University Library. (dokumentasi Northwestern University Library)

Liputan6.com, Illinois - Meski tak banyak diketahui, dunia seni sempat mengenal lukisan-lukisan indah berjuluk cobweb painting yang dibuat sejak Abad ke-16 sampai Abad ke-20. Pada masa itu, jumlah lukisan yang beredar tidak sebanyak lukisan berkanvas biasa. Inilah yang menjadikan cobweb painting sebagai karya seni langka.

Dilansir Amusing Planetcobweb painting merupakan lukisan yang dibuat di atas kanvas berbahan jaring laba-laba. Seni yang membutuhkan kesabaran luar biasa, karena kanvasnya dibuat dari bahan yang begitu tipis nan rapuh.

Cobweb painting, yang juga disebut gossamer painting, digambar di atas sulaman jaring laba-laba. Kadang juga menggunakan kain dari kepompong ulat. Jaring laba-laba ini dikumpulkan dari alam, dibersihkan secara seksama, kemudian dirajut menjadi kanvas yang sangat halus.

Cobweb painting yang ada di Charles Deering Mccormick Library of Special Collections, Northwestern University Library. (dokumentasi Northwestern University Library)

Susu cair dipercikkan di atas kanvas untuk menguatkan serat jaring. Walaupun begitu, kanvas dari jaring laba-laba tersebut masih sangat rapuh jika dibandingkan dengan bahan lukis biasa. Sentuhan jari tangan yang ceroboh bisa membuatnya koyak dalam sekejap.

Tak hanya pembuatan kanvas yang membutuhkan keahlian tinggi. Cat pun harus dibubuhkan dengan sangat hati-hati. Biasanya seniman menggunakan cat dengan warna-warna buram agar lukisan meniggalkan kesan berkabut.

Seni pembuatan cobweb painting dipraktikkan oleh para biarawan dari Alpen Tirol pada Abad ke-16. Tidak ada keterangan pasti mengenai alasan para biarawan memilih jenis kesenian ini, pasalnya amat menguras tenaga.

Bisa jadi, cobweb painting merupakan cara para biarawan untuk melatih kesabaran dan kedisiplinan mereka. Apapun alasannya, yang jelas teknik melukis ini sangat dihargai di dunia kesenian.

"Semakin rapuh (lukisan-lukisannya), semakin dihargai karya itu," tutur Ina Cassier dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal Natural History edisi 1956, seperti dikutip dari Merdeka.com, Kamis 1 Maret 2018.

Karya seni cobweb painting paling awal biasanya menggambarkan sosok para santo. Lukisan-lukisan ini biasanya tergantung di jendela gereja dan biara.

Di abad 17, lukisan dengan kanvas jaring laba-laba diproduksi dalam jumlah besar dan diekspor ke Inggris, Amerika Utara dan Jerman. Tema lukisan sudah lebih beragam, mulai dari adegan kehidupan sehari-hari, hingga pemandangan alam.

Seniman cobweb painting yang terakhir diketahui adalah Anne Bradshaw Clopton, yang meninggal pada tahun 1956. Sebagian besar lukisan yang dibuat oleh Clopton sudah rusak, bahkan hilang. Sebagian lagi disumbangkan ke Museum Nasional Sejarah Amerika di Washington, D.C., Amerika Serikat.

Secara keseluruhan, jumlah karya cobweb painting yang masih tersisa saat ini mungkin tak lebih dari 100 buah.

 

Reporter :  Tantri Setyorini

Sumber : Merdeka.com

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya