Cleret Tahun, Belalai Air Jawa Muncul di Waduk Gajah Mungkur

Terakhir kali, Cleret Tahun muncul di Wonogiri, Jawa Tengah, empat tahun lalu.

oleh Edhie Prayitno IgeFelek Wahyu diperbarui 04 Mar 2018, 01:01 WIB
Penampakan Cleret Tahun yang difoto dan diunggah di grup FB Kabar Wonogiri. (Foto: Istimewa/Facebook/Kabar Wonogiri/Felek Wahyu/Liputan6.com)

Liputan6.com, Wonogiri Bukan karena waduk di Wonogiri bernama Gajah Mungkur, kalau kemudian muncul belalai air, seperti fenomena di Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, pada Selasa, 27 Februari 2018. Si belalai air (waterspout) ini cukup lama menampakkan diri di atas Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Kamis, 1 Maret 2018

Warga setempat menyebutnya dengan nama Cleret Tahun. Menurut Sukamto, warga desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, saat kejadian ia yang aktivis olahraga paralayang tengah berlatih dan hendak memotret panorama waduk. Tiba-tiba awan gelap dan muncul seperti seutas tali yang menjulur dari awan hitam itu. 

"Biasanya memang muncul di daerah kami. Namun, selama ini kecil dan enggak bisa ditangkap kamera. Empat tahun lalu juga muncul," kata Kamto, Sabtu malam, 3 Maret 2018.

Kemunculan Cleret Tahun atau belalai air atau waterspout di Waduk Gajah Mungkur ini menyerupai air yang mengucur dari sebuah pipa di langit. Bagi masyarakat Wonogiri, kemunculannya biasanya diikuti puting beliung yang merusak.

Fenomena alam yang dahsyat ini, sempat menjadi viral di media sosial ketika di sebuah grup media sosial Facebook Kabar Wonogiri ada anggota yang mengunggah foto tersebut. Kemudian ramai mendapat komentar, di mana mayoritas membenarkan kejadian itu karena melihat sendiri.

Menurut Sukamto, Cleret Tahun itu direkam banyak orang. Mayoritas dari kawasan Wisata Watu Cenik, Puncak Joglo, Desa Sendang, Kota Wonogiri.

"Yang terlihat ada seperti tali tambang putih mengalir dari gumpalan awan di langit. Benda tersebut," kata Kamto.

Tali tersebut meluncur ke sisi timur perairan Waduk Gajah Mungkur, di Desa Ngasem Legi, Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri. Usai kemunculan Cleret Tahun si belalai air asal Jawa itu, ternyata tak ada laporan kerusakan akibat angin ribut.

Saksikan video di bawah ini:

 


Penjelasan BMKG

Para pegiat olahraga paralayang di Waduk Gajahmungkur menghentikan aktivitasnya untuk melihat kemunculan Cleret Tahun alias waterspout, Kamis (1/3/2018). (Foto: Sukamto/Liputan6.com/Felek Wahyu)

Fenomena Cleret Tahun ini pernah menjadi inspirasi tulisan budayawan almarhum Dr Umar Kayam. Dalam tulisannya itu, Dr Umar Kayam bercerita tentang kompleks perumahannya yang porak poranda karena ada Cleret Tahun. Namun, rumahnya sendiri justru selamat.

Secara halus Umar Kayam menyebutkan bahwa itu bukan pertanda apa-apa, namun fenomena alam biasa. Meski demikian, tidak ada salahnya mengandalkan ilmu titen (ilmu mengingat-ingat) kejadian-kejadian yang menyusul jika muncul Cleret Tahun.

Kepada Liputan6.com, Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Prabowo M Rahadi, menjelaskan bahwa fenomena itu disebut dengan waterspout. Menurut Rahadi, waterspout merupakan pusaran kuat berbentuk kolom/tiang/corong air yang biasanya muncul dari dasar awan bentuk kumulus atau kumulonimbus di atas perairan layaknya tornado kecil.

Fenomena itu terjadi di daerah perairan yang mengalami pemanasan kuat, sehingga penguapan yang terjadi juga tinggi. Hal tersebut membuat uap air di udara tersedia banyak untuk membentuk awan kumulonimbus.

"Kejadian waterspout terjadi pada dasar awan kumulonimbus yang besar dengan dasar awan yang suhunya tidak merata, sehingga terjadi pusat-pusat sistem tekanan rendah yang dapat memicu terbentuknya aliran pusaran dari udara sekitar dasar awan menuju pusat sistem tekanan rendah (di dasar awan tersebut)," jelas Rahadi, pada Senin, 23 Oktober 2017.

"Begitu kuatnya pusaran tersebut, pusaran itu dapat menjulur dari dasar awan ke permukaan di bawahnya (perairan), sehingga permukaan di bawahnya dapat 'tersedot' oleh pusaran dan naik ke atas," imbuh dia.


Beda dengan Lisus

Awal kemunculan Cleret Tahun di atas Waduk Gajah Mungkur, Kamis (1/3/2018). (Foto: Sukamto/Liputan6.com/Felek Wahyu)

Menurut Rahadi, waterspout dapat terjadi dalam kondisi musim peralihan, yakni dari musim kemarau ke musim penghujan.

"(Fenomena itu) dapat terjadi akibat pemanasan yang kuat di atas daerah perairan, sehingga terjadi penguapan dan tersedia uap air banyak dan tumbuh menjadi awan (kumulonimbus) yang besar," tutur Rahadi.

Bagi warga Wonogiri dan Gunungkidul, kemunculan Cleret Tahun itu sudah dihapalkan tanda-tandanya. Diawali udara terasa gerah/pengap, diikuti datangnya awan hitam bergulung-gulung.

Kemudian muncul angin kencang/angin ribut, yang bisa memorakporandakan apa saja yang dilewatinya, termasuk pohon besar ataupun rumah. Kejadian di Wonogiri ini bisa terekam kamera karena ada awan putih atau air yang ikut berputar dan menjadi solid karena rapat.

Selain Cleret Tahun, warga Jawa Tengah juga mengenal angin lesus. Meskipun mirip, ini berbeda. Kebanyakan terjadi pada saat musim kemarau, yakni berupa angin yang berputar cepat ke atas, sekalipun tidak sebesar Cleret Tahun, tapi lesus juga bisa merusak apa saja yang dilewatinya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya