FOTO: Mengintip Pabrik Papan Tulis Anti Peluru di Maryland

Berawal setelah penembakan Sekolah Sandy Hook tahun 2012, CEO Hardwire, George Tunis menciptakan papan tulis anti peluru di Pocomoke City, Maryland.

oleh Fery Pradolo diperbarui 04 Mar 2018, 08:25 WIB
Papan Tulis Anti Peluru Hardwire
Berawal setelah penembakan Sekolah Sandy Hook tahun 2012, CEO Hardwire, George Tunis menciptakan papan tulis anti peluru di Pocomoke City, Maryland.
Guru matematika Worcester Prep Linda Bragg menunjukkan papan tulis anti peluru Hardwire di kelas di Berlin, Maryland, (1/3). Papan tulis yang terbuat dari serat polietilen telah dipasang di semua kelas Worcester Preparatory. (AFP PHOTO / Nicholas Kamm)
Guru matematika Worcester Prep Linda Bragg menunjukkan papan tulis anti peluru Hardwire di kelas di Berlin, Maryland, (1/3). Papan seberat 1,5 kg juga bisa berfungsi sebagai tameng untuk menyelamatkan nyawa murid-muridnya. (AFP PHOTO / Nicholas Kamm)
Pekerja mengemasi papan tulis antipeluru di pabrik Hardwire Pocomoke City, Maryland (1/3). Hardwire membuat papan tulis antipeluru untuk ruang kelas yang bisa dimasukan ke dalam tas ransel. (AFP PHOTO / Nicholas Kamm)
CEO Hardwire, George Tunis menunjukkan cara penggunaan papan tulis anti peluru di pabriknya di Pocomoke City, Maryland (1/3). George Tunis mengembangkan papan tulis antipeluru untuk kelas berawal setelah penembakan Sandy Hook. (AFP PHOTO / Nicholas Kamm)
CEO Hardwire, George Tunis menunjukkan cara penggunaan papan tulis anti peluru di pabriknya di Pocomoke City, Maryland (1/3). George Tunis mengembangkan papan tulis antipeluru untuk kelas berawal setelah penembakan Sandy Hook. (AFP PHOTO / Nicholas Kamm)
Pekerja mengemasi papan tulis antipeluru di pabrik Hardwire Pocomoke City, Maryland (1/3). Hardwire membuat papan tulis antipeluru untuk ruang kelas yang bisa dimasukan ke dalam tas ransel. (AFP PHOTO / Nicholas Kamm)
Cover dan papan tulis antipeluru siap untuk dikemas di pabrik Hardwire Pocomoke City, Maryland (1/3). Papan seberat 1,5 kg juga bisa berfungsi sebagai tameng untuk menyelamatkan nyawa murid-muridnya. (AFP PHOTO / Nicholas Kamm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya