Bau Politik di Isu Penyerangan Ulama

Hasil penyelidikan kepolisian terkait isu penyerangan ulama mulai digulirkan sejak Februari 2018. Hasilnya, ada 45 isu yang melabelkan 'penyerangan ulama'.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 05 Mar 2018, 13:02 WIB
Anggota The Family Muslim Cyber Army diperlihatkan di Dittipid Siber Bareskrim Polri, Jakarta (28/2). Enam tersangka ditangkap karena menyebarkan berita bohong dan mencemarkan nama baik presiden, dan pemerintah. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Polisi terus menelusuri siapa di balik penyebaran kabar bohong atau hoax penyerangan ulama. Hasilnya, polisi menemukan ada kepentingan politik di balik isu yang menggelinding dan meresahkan masyarakat tersebut.

Kepala Satuan Tugas Nusantara Polri Irjen Gatot Eddy Pramono mengatakan, hasil penyelidikan kepolisian terkait isu penyerangan ulama mulai digulirkan sejak Februari 2018. Hasilnya, ada 45 isu yang melabelkan "penyerangan ulama".

"Hasilnya, kasus riil yang nyata terjadi hanya ada tiga. Yaitu dua di Jabar dan satu di Jatim," kata Gatot dalam jumpa pers di Mabes Polri, Trunojoyo, Jakarta, Senin (5/3/2018).

Kasus di Jabar, yaitu menimpa KH Umar Basri di Cicalengka. Kemudian penganiayaan hingga Ustaz Prawoto meninggal dunia,  di Cigondewah, Kota Bandung, serta perbuatan tidak menyenangkan di Lamongan, Jatim.

"Jadi 3 yang riil dan 42 hoax," kata Gatot.

Penyidik lalu mencari tali-temali antara kejadian di satu daerah dengan daerah lainnya yang mengalami peristiwa penyerangan ulama. Hasilnya, tidak ditemukan koneksi antara satu peristiwa satu dengan lainnya.

"Tapi di media sosial, kami temukan koneksi ini. Peristiwa yang didesain sedemikian rupa seolah terjadi penyerangan ulama. Berdasarkan tim Siber ini dilakukan oleh kelompok eks Saracen dan MCA," beber Gatot.

 

Ilustrasi hoax (iStockPhoto)

Cari Dalang Penyebar Hoax

Hasil penyelidikan juga menemukan bahwa isu yang didesain kelompok tersebut memiliki misi tertentu.

"Dari semua yang disampaikan itu, kami ingin katakan bahwa apa yang dilakukan kelompok ini adalah motifnya politik," kata Gatot.

Kelompok tersebut, Gatot menambahkan, berharap dapat mendegradasi pemerintah dengan isu yang disebar. Dengan isu tersebut, masyarakat akan dibuat resah, khususnya ulama dan pemuka agama.

"Akibatnya timbul ketakutan dan memicu perpecahan bangsa. Dapat memicu konflik ketika tidak bisa diatasi, muncul bahwa pemerintah tidak mampu. Hoax ini betul-betul berbahaya," ujar Gatot.

Direktur Tindak Pidana Siber Brigjen Fadil Imran mengatakan, pihaknya akan mengejar pihak yang berada di balik penyebaran hoax.

"Siapa di balik ini semua. Kami akan terus bekerja agar hoax fitnah yang dapat mengganggu keamanan nasional bisa kami hilangkan," kata Fadil.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya