Liputan6.com, Jakarta Tiga pendaki dari Myanmar Hiking and The Mounteneering dikabarkan akan mendaki Gunung Hkakabo Razi, gunung tertinggi di Asia Tenggara pada Agustus tahun ini.
Seperti dikutip dari laman mmtimes.com, Senin (5/3/3018), tim pendakian terdiri dari Ko Pyae phyo Aung, Ko Aung Khines, dan Ko Zaw Zin Khine. Di antara ketiganya, Ko Pyae Phyo Aung merupakan salah satu orang yang berhasil menggapai puncak Everest pada 2016, sementara Ko Zaw Zin Khine adalah pendaki yang pernah melakukan ekspedisi Hkakabo Razi pada 2014 namun gagal mencapai puncaknya.
Advertisement
Mengingat medan gunung ini penuh dengan bahaya, tim bahkan telah melakukan berbagai persiapan, salah satunya adalah dengan menjalani latihan di Nepal di tiga gunung dengan rata-rata ketinggian mencapai 6.000 meter di atas permukaan laut saat musim dingin.
Belum Terjamah
Ekspedisi ini sendiri bertujuan untuk mengukur ketinggian gunung yang tepat, mengingat selama ini belum ada yang pernah mengukur tinggi gunung Hkakabo Razi.
U Paw Myint Oo, Chief Executive Officer Htoo Foundation, badan penyelenggara pendakian tersebut mengatakan, belum ada satu pun orang yang tahu pasti berapa tinggi gunung Hkakabo Razi.
“Kita tahu bahwa gunung itu melebihi 5.800 meter, tapi kita hanya akan tahu persis ketinggiannya setelah ada orang yang benar-benar mencapai puncaknya,” ungkap U Paw Myint Oo seperti dikutip mmtimes.
Simak juga video berikut ini:
Advertisement
Keinginan 7 Summiters Indonesia
Mila Ayu Hariyanti, salah satu 7 summiters Indonesia, merupakan pendaki yang punya cita-cita menjadi pendaki perempuan pertama yang berhasil menjamahi puncak Hkakabo Razi.
“Pengen banget jadi bagian ekspedisi Hkakaborazi, itu puncak gunung belum terjamah. Meski tingginya sekitar 5.000 meter, tapi medannya lebih sulit dari everest. Untuk sampai kaki gunungnya saja butuh waktu sebulan, enggal kebayang. Di sana enggak ada porter, manajemen logistik dan segalanya sendiri,” ungkap Mila saat dihubungi Liputan6.com.
Mila mengatakan, Hkakabo Razi menjadi gunung dengan medan tersulit di dunia, karena aksesnya susah dan masih belum terjamah. Untuk mencapai kaki gunung saja pendaki perlu waktu sebulan berkutat di hutan tropis yang lembap, gelap, penuh laba-laba, ulat phyton, dan nyamuk malaria.
“Ini tempat buat para pendaki yang merindukan pendakian tradisional, yang jauh dari segala fasilitas, penuh tantangan. Apalagi belum ada orang Indonesia yang pernah ke sana, ini yang jadi motivasi saya,” ungkap Mila.
Mila juga setuju dengan anggapan Gunung Hkakabo Razi merupakan “naik hajinya” para pendaki gunung. Menurutnya kesulitan medan pendakian punya nilai lebih ketimbang tinggi gunung yang kaki gunungnya bisa dicapai dengan fasilitas helikopter.