Liputan6.com, Nairobi - Dokter ahli bedah saraf Kenya beserta tim medisnya melakukan operasi otak terhadap pasien penderita darah beku pekan lalu.
Namun, terjadi kesalahan fatal dalam proses operasi tersebut. Mereka melakukannya terhadap pasien yang salah.
Advertisement
Kesalahan tersebut bermula dari tertukarnya label identitas dari dua pasien berbeda. Pasien yang pertama membutuhkan operasi otak untuk mengeluarkan gumpalan darah beku di dalamnya. Sementara pasien satunya hanya butuh perawatan akibat pembengkakan otak.
"Pasien tersebut disiapkan dalam ruang operasi untuk ditangani, sesuai dengan label nama pada baju pasien sebagai identitas. Dokter bedah yang bertanggung jawab tidak berkomunikasi dengan pasien sebelum operasi dan hanya mengandalkan informasi pada papan data pasien," kata seorang sumber yang tidak menyebutkan namanya dikutip dari situs Straits Times, Senin (5/3/2018).
Para staf yang menjalankan operasi besar tersebut baru menyadari adanya kesalahan setelah berjam-jam tidak menemukan gumpalan darah, yang seharusnya ada pada pasien, selama proses pembedahan.
Setelah berkonsultasi dengan ahli bedah saraf senior, dokter dan tim medisnya disarankan untuk berhenti sehingga mereka pun tidak meneruskan proses pembedahan.
Surat kabar Daily Nation melaporkan bahwa secara 'ajaib', pasien yang menjadi korban salah operasi berada dalam kondisi baik saat ini. Sementara pasien yang betul-betul membutuhkan operasi otak malah menunjukkan tanda-tanda kepulihan signifikan.
Meski demikian, masyarakat tetap menyuarakan kekhawatiran terhadap kinerja para ahli medis di rumah sakit tersebut. Banyak yang mendesak agar anggota dewan rumah sakit mengundurkan diri, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kesalahan ini.
Pejabat Rumah Sakit Nasional Kenyatta yang terletak di Nairobi itu menyatakan permintaan maaf atas kesalahan yang dilakukan tim dokter tersebut. Sementara itu, para staf yang terlibat dalam operasi itu sudah dijatuhi sanksi skors.
"Empat staf medis yang mengoperasi pasien yang salah telah diskors. Mereka termasuk ahli bedah saraf, dua perawat, dan ahli anestesi," ungkap CEO RS, Koros Tare.
Selain itu, Menteri Kesehatan Kenya, Sicily Kariuki, memerintahkan agar CEO dan direktur layanan klinis rumah sakit tersebut diberhentikan sementara sambil menunggu proses penyelidikan dilakukan.
Reporter: Ira Astiana
Sumber: Merdeka.com
Saksikan juga video berikut ini: