PMII Diminta Ambil Bagian Besarkan NU

PMII bertekad menjadi penyangga utama dalam memelihara ajaran NU.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Mar 2018, 23:24 WIB
Hanif Dakhiri sebagai Sekjen IKA-PMII menghadiri rakernas di Bandung. (Istimewa)

Liputan6.com, Bandung - Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA-PMII) menyadari situasi Indonesia kini diwarnai hiruk-pikuk politik, khususnya terkait akan digelarnya pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Pileg, dan Pilpres secara serentak pada April 2019 nanti.

Sekjen IKA PMII, Hanif Dhakiri mengatakan, banyak alumni PMII yang terlibat dan ikut berkompetisi baik dalam pilkada, pileg, bahkan pilpres. Momentum itu dimaknai sebagai kerangka Konsolidasi Khittah perjuangan untuk berkontribusi terhadap bangsa dan negara.

"Namun kami tetap lebih mengedepankan penguatan tatanan internal yang kondusif dan produktif bagi terjaganya stabilitas politik nasional yang damai, aman, dan bersatu," kata Hanif di Bandung, Senin (5/3/2018).

Ia menegaskan, organisasi ini bertekad menjadi penyangga utama dalam memelihara ajaran NU. "Serta pemikiran dan pemahaman Islam Aswaja al-Nahdliyah yang rahmatan lil-‘alamin, gerakan sosial-kemasyarakatan, dan politik kenegaraan, khususnya dalam menjaga Pancasila dan NKRI," imbuh dia.

Dengan begitu, jelas Hanif, atas kesadaran tanggung jawab tersebut, IKA-PMII dituntut menyiapkan diri sebagai wadah kaderisasi dan pengembangan sumber daya manusia. Agar mempunyai integritas dan kapasitas memadai dalam menjalani peran di masyarakat, bangsa, dan negara.

"Karena itu, penting disadari seluruh alumni agar bahu-membahu dan saling mendukung untuk mengambil bagian dalam mengurus dan membesarkan NU," tegas Hanif.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Kontribusi untuk Bangsa

Rakernas PMII di Bandung. (Istimewa)

Ia menambahkan, pihaknya semaksimal mungkin agar alumni dapat mengambil peran dan berkontribusi secara strategis dalam kepemimpinan bangsa dan negara. Mereka dapat berpegang pada konsepsi kepemimpinan yang kuat dan visioner.

"Secara personal dibutuhkan figur–figur pemimpin bangsa dari kalangan alumni yang tegas dan berkarakter, kharismatik dan berwibawa, serta berintegritas moral yang tinggi, yang bisa membawa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat," kata Hanif.

Namun, menurutnya semua itu tidak akan terwujud jika tidak tercipta situasi yang kondusif bagi setiap komponen bangsa, baik melalui jalur negara, ormas dan partai politik, untuk berperan aktif dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Dari proses itulah akan lahir kader-kader pemimpin bangsa yang diharapkan," ujar Hanif.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya