Tumbuh 44 Persen, Adaro Energy Raup Laba US$ 483,29 Juta

PT Adaro Energy Tbk mencatatkan pendapatan tumbuh 29,08 persen menjadi US$ 3,25 miliar pada 2017.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Mar 2018, 11:15 WIB
Ilustrasi Foto Pertambangan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan kinerja positif sepanjang 2017. Ini ditunjukkan dari pertumbuhan laba bersih dan pendapatan.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (7/3/2018), PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan pertumbuhan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 44,43 persen menjadi US$ 483,29 juta pada 2017. Perseroan meraup laba bersih sebesar US$ 334,62 juta pada 2016.

Pertumbuhan laba itu didukung dari pendapatan usaha naik 29,08 persen menjadi US$ 3,25 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 2,52 miliar.

Pendapatan usaha perseroan didorong kenaikan 34 persen pada harga jual rata-rata. Divisi pertambangan dan perdagangan batu bara Adaro Energy menyumbangkan 93 persen pendapatan usaha perusahaan seiring pengembangan yang berkelanjutan terhadap bisnis non batu bara.

Pada 2017, produksi batu bara perseroan mencapai 51,79 metrik ton (MT) yang berasal dari seluruh tambang operasional. Beban pokok pendapatan naik 15 persen menjadi US$ 2,11 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 1,83 miliar.

Hal itu didorong kenaikan biaya penambangan akibat kenaikan nisbah kupas, kenaikan harga bahan bakar minyak, serta kenaikan pembayaran royalti kepada pemerintah Indonesia.

Nisbah kupas tercatat sebesar 4,61 kali pada 2017 atau lebih rendah dari pada panduan yang ditetapkan sebesar 4,85 kali pada 2017 karena hujan lebat di operasi penambangan yang terjadi di sebagian besar tahun ini.

Laba bruto pun tumbuh 66,42 persen menjadi US$ 1,41 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 686,27 juta. Laba usaha naik menjadi US$ 951,82 juta pada 2017 dari periode 2016 sebesar US$ 587,61 juta.

PT Adaro Energy Tbk mencatatkan pertumbuhan aset 4,4 persen menjadi US$ 6,81 miliar pada 31 Desember 2017 dari periode 31 Desember 2016 sebesar US$ 6,52 miliar.

Total liabilitas berada di posisi US$ 2,72 miliar pada 31 Desember 2017.Perseroan membayar utang sebesar US$ 129 juta pada 2017 sehingga jumlah utang bank berkurang lima persen dibandingkan tahun lalu menjadi US$ 1,29 miliar.

Perseroan dijadwalkan membayar utang rata-rata untuk 2018-2020 sekitar US$ 238 juta per tahun yang dapat dipenuhi dengan baik oleh kas yang likuid dan arus kas yang kuat.

PT Adaro Energy Tbk juga membagikan dividen tunai sebesar US$ 101,1 juta atau sekitar 30 persen dari laba bersih 2016. Pembayaran dividen ini termasuk dividen interim sebesar US$ 60,8 juta yang dibayarkan pada Januari 2017 dari dividen tunai final sebesar US$ 40,3 juta yang dibayarkan pada Mei 2017. Dividen tunai interim untuk tahun buku 2017 sebesar US$ 100,1 juta telah dibayarkan pada Januari 2018.

Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk, Garibaldi Thohir menuturkan, pada 2017 merupakan tahun yang baik untuk Adaro Energy seiring perusahaan merayakan 25 tahun operasinya dengan pencapaian kinerja yang solid. Ini berkat disiplin biaya yang tinggi dan keunggulan operasional serta dukungan sektor batu bara yang semakin baik.

"Walaupun harus menghadapi tantangan cuaca buruk di sepanjang tahun, kami berhasil mempertahankan keandalan pasokan maupun posisi keuangan yang sehat, yang memungkinkan perusahaan untuk terus mendukung program-program pemerintah dalam membangun negara serta mempertahankan komitmen terhadap masyarakat di sekitar lokasi operasional melalui program pemberdayaan yang efektif," ujar dia.

Oleh karena itu, pihaknya optimistis pada 2018 untuk menanggapi peluang yang ditawarkan oleh momentum pasar yang sangat baik demi pertumbuhan perusahaan serta terus memberikan kontribusi positif.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Selanjutnya

Ilustrasi Foto Pertambangan (iStockphoto)

PT Adaro Energy Tbk juga mencatatkan kenaikan royalti yang dibayarkan kepada pemerintah Indonesia. Royalti perseroan naik 34 persen menjadi US$ 346 juta seiring kenaikan pendapatan usaha dari penjualan batu bara yang disebabkan kenaikan harga jual rata-rata. Perseroan juga membayar pajak US$ 428 juta kepada negara.

Dirjen Pajak telah mengukuhkan status wajib pajak (WP) patuh terhadap anak perusahaan Adaro Energy yakni PT Adaro Indonesia untuk periode 1 Januari 2018-31 Desember 2019.

Untuk memenuhi syarat sebagai WP patuh harus dipenuhi serangkaian kriteria aturan yang ketat dalam pelaporan pajak, kepatuhan terhadap kewajiban pembayaran pajak, laporan keuangan dengan status wajar tanpa pengecualian untuk tiga tahun terakhir.

Pada 2018, perseroan memperkirakan produksi sebesar 54-56 MT. Belanja modal diperkirakan US$ 750 juta-US$ 950 juta. Pada 2017, perseroan mencatatkan belanja modal US$ 229 juta yang dipakai untuk pemeliharaan rutin, pembelian untuk penggantian alat berat, dan pengembangan aset batu bara metalurgi. Earning before interest, depreciation and amortization (EBITDA) operasional diperkirakan mencapai US$ 1,3 miliar-US$ 1,5 miliar pada 2018.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya