Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menyatakan tak khawatir dengan dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap utang luar negeri Indonesia. Pasalnya, volatilitas rupiah diklaim hanya bersifat sementara.
"Utang tidak ada masalah, beban utang kita dibandingkan negara lain di dunia ini tidak tinggi," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution di kantornya, Jakarta, Rabu (7/3/2018).
Baca Juga
Advertisement
Meski begitu, mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini mengaku laju pertumbuhan utang Indonesia dibandingkan beberapa tahun lalu memang lebih cepat. Ini karena Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan percepatan pembangunan infrastruktur.
"Kenaikan utang cepat karena bangun infrastruktur juga banyak. Bisa saja tidak usah naik utangnya secara cepat tapi infrastruktur jangan banyak bangun, pilih mana? Tidak ada apa-apa kok, kalian merasa sakit kalau utang naik cepat, enggak kan," ujar Darmin.
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara mengatakan memang saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah undervalue atau di bawah nilai fundamental.
"Sebelum mengalami fluktuasi, rupiah itu sudah undervalue sebenarnya," kata Mirza.
Mirza menambahkan, fluktuasi rupiah tersebut jelas bukan karena sentimen domestik, melainkan sentimen dari global, khususnya Amerika Serikat (AS). Secara spesifik, rupiah bergejolak karena banyaknya spekulan jelang FOMC meetings pada Maret 2018.
Dalam pertemuan tersebut, diperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunganya yang pertama kali pada 2018. Lalu berapa sebenarnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ideal?
"Level (rupiah) Rp 13.200-13.300 per dolar AS, ini yang lebih cocok. Sekarang agak overshoot,” tegas Mirza.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rupiah Melemah Dalam, BI Pastikan Cadangan Devisa Aman
Bank Indonesia memastikan cadangan devisa (cadev) tetap aman meskipun terus digunakan untuk intervensi pasar demi penghadapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pekan ini, rupiah terus tertekan hingga sempat menyentuh angka 13.800 per dolar AS.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi menyatakan, cadangan devisa tetap aman meskipun pelemahan rupiah cukup dalam pada hari ini.
"Dengan surplus neraca pembayaran, BI punya ruang tambahan untuk cadangan devisa. Misal saja, pada tahun lalu, kita surplus sampai dengan Rp 12 miliar," tuturnya.
Ia menyatakan, neraca pembayaran yang surplus merupakan salah satu faktor domestik yang mampu menahan pelemahan rupiah.
"Ini karena variabel ekonomi domestik kita positif. Mulai dari angka product domestic bruto (PDB) yang naik, data inflasi, neraca pembayaran, sampai confident ekonomi yang mencerminkan by rating ini semua positif. Faktor domestik ini semua seharusnya membuat rupiah tidak melemah secara tajam," kata dia.
Doddy melanjutkan, selain cadangan devisa yang terjaga, ia juga mengharapkan pelemahan ini berdampak positif bagi Indonesia.
"Kalau ada perusahaan yang bahan bakunya dari dalam negeri, maka seharusnya ini positif. Jadi selalu ada yang senang kita rupiah melemah dan juga ada yang marah. Semoga pelemahan ini bisa dimanfaatkan oleh eksportir. Yang penting bagi BI adalah bisa menjaga stabilitas, sehingga confident dalam negeri bisa terjaga," tutupnya.
Advertisement