Sanggar Seni Kinanthi Sekar Hidupkan Kembali Mimpi Kebudayaan Jawa

Setelah mengikuti program "Youth Economy Empowerment in Indonesia's Heritage Sites through Capacity Building and Sustainable Tourism" yang diselenggarakan oleh UNESCO dan Citi Foundation, Sanggar Kinanti Sekar berani mengembangkan diri.

oleh Akbar Muhibar diperbarui 08 Mar 2018, 13:30 WIB
Tim menari Sanggar Seni Kinanthi Sekar berserta pelatih dan manajemen. (Akbar Muhibar/Liputna6.com)

Liputan6.com, Jakarta Lengkingan lagu tari khas kebudayaan Jawa mulai membahana saat matahari tenggelam. Para penari sibuk melatih gerakan mereka di depan bilah kaca, sambil melihat instruktur yang mencontohkan tarian yang benar. Inilah ramai kehidupan yang terlihat dalam Sanggar Seni Kinanthi Sekar, yang berada di kawasan Jl.Brigjen Katamso, Yogyakarta. Sanggar ini berhasil memperoleh penghargaan Young Creative Competition yang diselenggarakan oleh UNESCO dan Citi Foundation tahun 2018.

“Dulu saya punya passion untuk memiliki sebuah sekolah balet, ternyata tabungan untuk sekolah balet ngga cukup jadinya saya belajar tari kreasi dan tradisi. Akhirnya sanggar ini dibuka tahun 2012,” ungkap Kinanthi Sekar, pemimpin Sanggar Seni Kinanthi Sekar pada Kamis (1/3/2017).

Berawal dari keinginan dan dukungan orang-orang di sekitar, Sekar akhirnya mampu untuk mewujudkan  mimpinya membuat sebuah sanggar kebudayaan. Salah satunya adalah Anton Ismail, seniman yang mendukung penuh lulusan Seni Tari ISI Yogyakarta ini, untuk menjalankan sanggar kecilnya. Setelah berembug bersama sahabatnya, ia akhirnya menjalankan sanggar seni ini mulai pertengahan tahun 2015.

“Tempat kita ini sebenarnya milik Anton Ismail, jadi beliau tertarik untuk membuat sanggar, akhirnya memperbolehkan kami hingga mendukung kami hingga satu awal pertama. Setelah itu kami mulai bergerak mandiri,” ujar Sekar.

Kelas yang tersedia di sanggar ini adalah kelas menari, tembangan, aksara dan tari laki-laki. Dengan anggota sebanyak 162 orang, Sanggar Seni Kinanthi Sekar sudah mampu melakukan aktivitas kebudayaan setiap hari. Proses pembelajaran dibantu oleh 7 orang tim pengurus dan 8 orang tim pengajar yang diselenggarakan pada hari Senin hingga Kamis pukul 19.00. Perlahan eksistensi sanggar ini mulai didengar oleh masyarakat di Yogyakarta hingga mengundang mereka pentas dimana-mana.

Namun tetap saja dalam melaksanakan usaha, ada saja kendala yang terjadi di berbagai aspek. Dalam usia mereka yang masih muda, masalah keuangan organisasi belum bisa ditata dengan baik sehingga terjadi hambatan dalam manajemen produksi. Hal ini juga menyebabkan tim pengurus kesulitan untuk mempertahankan sanggar untuk tetap berjalan.

"Untuk itu kami dituntut menyelesaikan bermacam kendala dengan secepat mungkin agar Sanggar Seni Kinanti Sekar bisa berjalan lancar untuk mencapai visi misinya, sementara proses belajar mengajar di sanggar bisa tetap berlangsung dengan baik," ungkap Kinanti Sekar Rahina, ketua Sanggar Seni Kinanti Sekar.

 


Dukungan UNESCO dan Citi Foundation

Latihan tarian tradisi merupakan salah satu pembelajaran yang dilakukan di Sanggar Seni Kinanthi Sekar (Akbar Muhibar/Liputan6.com)

Akirnya setelah mengikuti program "Youth Economy Empowerment in Indonesia's Heritage Sites through Capacity Building and Sustainable Tourism" yang diselenggarakan oleh UNESCO dan Citi Foundation, Sanggar Kinanti Sekar mendapatkan pengetahuan dan berbagai saran untuk kembali mengamati usahanya. Mulai dari menganalisa apa saja usaha yang sudah dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi, serta menerapkan berbagai metode pengelolaan usaha.

Selain itu, sanggar ini juga mulai memanfaatkan potensi apa saja yang ada sambil membaca setiap kemungkinan yang terjadi. Sehingga setiap tim pengurus mampu mempetakan apa saja yang telah dilakukan, serta apa saja yang harus dilakukan untuk masa depan dari sanggar. Melalui analisa ini, peluang untuk memperbaiki usaha serta menyelesaikan masalah yang terjadi menjadi semakin besar.

“Dengan pelatihan yang diadakan UNESCO, kami mulai berani menentukan prioritas. Jadwal yang padat sekarang kita bisa menentukan prioritas yang baik , sehingga nilai jual makin meningkat, serta target yang lebih tinggi,” ungkap Sekar.

Hasil dari pengembangan usaha di sanggar kini sudah mulai terlihat, mulai dari branding yang mulai dikenal oleh masyarakat, hingga publikasi yang makin tepat dengan penggunaan media sosial. Bahkan beberapa siswa juga mendapatkan kesempatan lebih karena jaringan yang telah dibangun. Salah satunya mengikuti pameran pertunjukan luar negeri di beberapa negara, seperti Jepang dan Kazakhstan.

"Ada 3 poin utama di Sanggar Seni Kinanti Sekar, yaitu edukasi, pelestarian budaya dan entertainment dalam setiap laku dan sikap dalam mewujudkan cita-cita. Semoga kita semua mendapat kemudahan dalam segala upaya dan perjuangan yang memang dilakukan dengan niat yang besar," jelas Kinanti.

 


Kurikulum yang berkualitas

Tidak hanya kelas dewasa saja, kelas anak-anak juga dibuka untuk mengenalkan tarian pada generasi yang lebih muda (Akbar Muhibar/Liputan6.com)

Tidak berhenti sampai disitu, sanggar juga mulai mengembangkan kurikulum tari dan aksara Jawa ke tingkat yang lebih baik. Jika sebelumnya pelajaran ini dibagi dalam dua kelas, yaitu tari dan aksara, kini kurikulum tersebut akan disinergikan. Bagi yang belajar tari diharuskan mampu mengenal aksara Jawa hingga menyanyikan tembangan, sehingga nilai budaya yang ada dalam tarian tersebut mampu dibawakan dengan baik.

Pelajaran olah tubuh sebagai pelajaran dasar di universitas juga mulai diterapkan dan disesuaikan demi meningkatkan kemampuan tari. Tentunya diharapkan pelajaran ini dapat menguatkan dasar tari mulai dari tari klasik, modern, dan kontemporer supaya dapat dibawakan lebih baik lagi. Karena Sekar percaya bahwa tradisi adalah identitas yang dimiliki oleh manusia dan harus dilestarikan dengan baik.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya