Liputan6.com, Wonosobo - Bulan Maret dalam penanggalan mangsa masyarakat Jawa disebut sebagai mangsa kesanga atau musim kesembilan. Mangsa kewolu (delapan) dan kesanga, ditandai dengan hujan super deras dan bledeg ngampar-ngampar, untuk menganalogikan dahsyatnya petir.
Tak aneh jika pada bulan-bulan ini banyak terjadi longsor, banjir, dan juga sambaran petir.
Dua kisah soal longsor dan petir ini mungkin bisa menjadi pertanda agar kita selalu waspada dan berdoa. Sebab, musibah secara tak terduga bisa terjadi di mana saja. Bahkan, di rumah sekali pun, yang kadang, dirasa sebagai tempat ternyaman di dunia.
Baca Juga
Advertisement
Hujan lebat terjadi dua hari berturut-turut di Dukuh Krajan Desa Burat Kecamatan Kepil, Wonosobo. Rabu sore, sekitar pukul 16.00 WIB, Affifah Fitria Saki (5) bilang kepada ibunya, Zaini kebelet pipis.
Affifah adalah balita yang mandiri, maka ia pun ke kamar mandi seorang diri. Saat itu, ibunya, Nyonya Zaini, tengah berada di ruang depan bersama dengan kakeknya, Wasiman (65).
Namun, tiba-tiba terdengar gemuruh dari arah belakang rumah. Tanah longsor berhamburan masuk ke dalam rumah.
Sang ibu pun kalang kabut. Saat takut dan panik itu lah, ia mendengar jeritan Affif yang berada di kamar mandi.
Ibu dan kakeknya bersicepat lari ke dapur untuk menolong Affifah. Longsor masih berlangsung dan menimbun semakin tinggi sehingga Affifah tak kelihatan.
Rupanya, itu adalah jeritan terakhir sang buah hati. Affifah tertimbun pekatnya tanah lumpur dan material lainnya dari longsornya tebing belakang rumah.
Korban Ditemukan Hidup, Tapi Nadinya Lemah
Kakek dan ibu berupaya menolong, Tetapi apa daya, material begitu banyak. Warga yang mendengar jerik tangis pun berdatangan.
Empat anggota Kepolisian Sektor Kepil yang mendapat laporan pun tiba di lokasi. Setelah satu jam, dibantu warga, keempat anggota polisi itu, Ipda Saptono Wibowo, Bripka Gigih Setyaji , Bripka Nurohman dan Bripda Rizky berhasil mengevakuasi korban.
Affiah saat itu masih hidup, tetapi, denyut nadinya amat lemah. Cepat-cepat mereka membawanya ke bidan setempat.
Ternyata, menilik kondisi korban, bidan tak sanggup. Maka, Affif pun dilarikan ke Rumah Sakit Islam Purworejo.
"Sayangnya, di perjalanan korban menghembuskan nafas terakhir," kata Kepala Polsek Kepil, Inspektur Satu Muji Darmaji, Kamis, 8 Maret 2018.
Muji menjelaskan, longsor berasal dari tebing bahu jalan Jalur Provinsi Kepil-Purworejo dengan ketinggian 15 meter, dan kemiringan sekitar 80 derajat. Material longsor yang jatuh menimpa korban bervolume sekitar 30 meter kubik. Adapun jarak rumah dengan tebing sebelum longsor adalah tiga meter.
Advertisement
Tukang Traktor Tersambar Petir Ketika Berkemas Pulang
Menjelang musim tanam kedua, petani disibukkan dengan kegiatan persiapan lahan. Pun, dengan Basuki (35) yang berprofesi sebagai operator traktor.
Tetapi pada Rabu sore, hujan amat lebat turun di persawahan Dukuh Sangrahan Desa Wanareja Kecamatan Karanganyar, Kebumen. Ia pun terpaksa berhenti. Lagi pula, saat itu, hari sudah sore.
Ia kemudian berteduh di sebuah gubuk. Ketika hujan sudah agak reda, Basuki pun bermaksud pulang. Namun, berkemas-kemas itu lah, tiba-tiba petir menyambar dan membuatnya tersungkur.
Tetangga korban yang saat itu berada di sekitar lokasi, Nanang (37) pun segera menolongnya. Dibantu dua rekannya, Slamet (35) dan Mul (40), mereka bertiga menggotong Basuki ke rumah dan hendak dibawa ke rumah sakit.
"Namun belum sempat sampai ke rumah sakit, dalam perjalanan korban sudah meninggal dunia," tutur Nanang, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com dari Polres Kebumen.
Kepala Sub-Bagian Humas Polres Kebumen, AKP Masngudin mengimbau agar masyarakat mewaspadai kemungkinan sambaran petir. Salah satu caranya adalah berhenti bekerja di sawah dan segera berlindung, jika terjadi hujan.
Jika memungkinkan, segera tinggalkan area persawahan yang diketahui rawan sambaran petir. Sebab, telah banyak korban jiwa akibat tersambar petir saat bekerja di sawah.