Perahu Miring di Tengah Laut, Puluhan Santri Tercebur ke Air

Hingga kini, empat santri penumpang perahu miring di Sumenep itu masih belum ditemukan.

oleh Mohamad Fahrul diperbarui 09 Mar 2018, 09:01 WIB
Ilustrasi Kapal Tenggelam

Liputan6.com, Sumenep - Perahu "Kota Baru" milik Sahirudin, warga Desa Sapeken, berangkat dari Sapeken ke Desa Tanjung Kiaok, Kecamatan Sapeken, dengan mengangkut 33 penumpang pada Kamis, 8 Maret 2018, pukul 14.15 WIB.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 mil, tepatnya di perairan sebelah barat Pulau Saredeng Besar, perahu tersebut tiba-tiba miring ke sisi kiri dan mengakibatkan sebagian penumpang tercebur ke laut.

Saat itu sekitar pukul 14.45 WIB, pemilik perahu sekaligus juru kemudi bersama sebagian penumpang dan dibantu nelayan yang melintas di lokasi kejadian, berusaha menolong para korban.

Sebagian penumpang perahu yang tidak terjatuh menghubungi kerabatnya melalui telepon genggam. Selanjutnya, lokasi kejadian banyak didatangi warga setempat dan kerabat penumpang.

 

 


4 Hilang, 1 Meninggal

Ilustrasi Foto Jenazah (iStockphoto)

Data per Jumat (9/3/2018) pagi, satu penumpang meninggal dunia akibat musibah tersebut, 28 penumpang dan pemilik perahu selamat, dan empat penumpang belum ditemukan.

"Empat korban yang untuk sementara berstatus hilang atau nasibnya belum diketahui itu, semuanya siswa/siswi kelas X madrasah aliyah di Ponpes Abu Hurairah Sapeken," kata Kasubag Humas Polres Sumenep, AKP Abd Mukid di Sumenep, dilansir Antara.

Empat penumpang yang belum ditemukan tersebut adalah Maya Puspita Dewi (16), Nur Khalik Mahmudi (16), Nur Fadilah (16), dan Fathul Arifin (16). Semuanya warga Desa Sapeken.

Sementara, korban yang meninggal dunia adalah Dewana Kisfatul Izzah (17), siswi kelas X madrasah aliyah di Ponpes Abu Hurairah Sapeken, juga warga Desa Sapeken.

 


Hendak ke Pengajian

Proses pencarian korban perahu miring di tengah laut perairan Sumenep. (dok. Humas Polres Sumenep/Mohamad Fahrul)

Sebanyak 20 santri yang diangkut perahu nahas itu hendak menghadiri pengajian berangkat dari Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, menuju Desa Tanjung Kiok. Di tengah perjalanan, perahu milik Sahirudin itu tiba-tiba miring setelah dihantam angin kencang di perairan Pulau Sadulang Besar.

"Tapi cuaca buruk datang secara tiba-tiba hingga menyebabkan kecelakaan laut," kata Mukid.

Ia menjelaskan, puluhan santri itu biasa melintasi perairan tersebut dengan menumpang kapal. Proses pencarian korban perahu miring sempat dihentikan semalam karena kondisi sudah gelap gulita.

Pencarian korban hilang akan dilanjutkan hari ini dengan menambah petugas dari Kepolisian Resort (Polres) Sumenep untuk membantu mencari penumpang yang tak kunjung ditemukan.

Sementara, korban selamat masih menjalani perawatan medis guna memulihkan kondisi kesehatannya. Mereka akan diizinkan pulang ketika kondisi tubuhnya benar-benar membaik.

"Kita akan selalu kordinasi dengan pihak terkait untuk persiapan pencarian korban yang hilang," kata Mukid.

Ia memastikan perahu pengangkut santri yang tenggelam tidak kelebihan muatan, karena dalam kondisi normal perahu itu biasanya mengangkut penumpang sebanyak 40 orang.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya