Liputan6.com, Jakarta Di zaman serba terbuka ini, kian banyak orang yang menyukai tato. Biasanya, orang-orang memasang hasil seni ukur tubuh dengan tinta itu di kaki, tangan, atau anggota tubuh yang tersembunyi.
Namun, seorang pria dari Brighton, Inggris ini mencintai tato secara ekstrem. Hampir seluruh tubuh pria bernama Eli Ink itu tertutup tinta hitam.
Baca Juga
Advertisement
Jika itu belum ekstrem juga, dia bahkan menato bola mata dan bibirnya!
Dikutip dari laman The Sun, Eli 'butuh' 10 tahun untuk mengubah tubuhnya dari seorang pria berwajah tampan hingga menjadi yang sekarang.
"Menurut saya, satu-satunya yang memahami transisi ini sepenuhnya adalah saya sendiri," kata Eli kepada Mail Online. Dia mengaku tidak ingin berusaha menjelaskan apapun kepada orang lain yang menilai wajahnya jadi menyeramkan.
Dia yang begitu mencintai dan mengagumi seni akhirnya memutuskan untuk menjadikan tubuhnya sebagai 'kanvas.' Ketika kecil, Eli mengaku sangat terinspirasi oleh seniman sebesar Picasso. "Khususnya seni abstrak. Tapi, saya suka semua bentuk seni. Seni (mengukir) tubuh hanya langkah selanjutnya ketika saya beranjak dewasa," kata dia.
Apa yang mengilhaminya untuk menato sekujur tubuh? "Saya ingin terlihat seperti karakter abstrak dalam salah satu lukisan Picasso. Saya mencintai penampilan yang abstrak. Ini murni ekspresi," katanya.
Demi mewujudkan ekspresi diri yang abstrak itu, dia sampai nekat menjalani salah satu prosedur berbahaya, menyuntikkan tinta hitam ke bagian putih di bola matanya. Eli mengakui, ada konsekuensi buruk jika prosedur itu dilakukan dengan salah--sekalipun kecil.
"Bahkan, ahli bedah terlatih pun bisa melakukan kesalahan. Modifikasi tubuh merupakan lifestyle para pengambil resiko."
Tampang seram sulit punya kekasih?
Meski dengan penampilan yang membuat sebagian besar orang mengerenyitkan alis itu, Eli mengaku tak kesulitan dalam urusan asmara. Dia punya kekasih cantik jelita bernama Holly.
Sama sepertinya, Holly juga hobi tato dan modifikasi tubuh lainnya. Beberapa kali, Eli membagikan kemesraannya bersama Holly di Instagram miliknya.
Dia tidak peduli dengan pandangan sinis dan aneh dari orang-orang yang melihatnya. Sebelum total menjadi seniman tato, Eli sempat bekerja di perusahaan pertamanan.
Meski cuek dengan pandangan orang, namun Eli tetap senang jika ada orang yang memuji penampilannya, baik dari para kolektor tato atau pejalan kaki yang kebetulan papasan dengannya.
"Yang paling buruk selalu datang dari generasi lebih tua yang memandang rendah dan membuat kita merasa tak berguna," kata pemuda berusia 27 tahun itu.
Sumber: Feed Merdeka
Advertisement