Liputan6.com, Jakarta Tahukah kamu, jika jejak DNA semua manusia yang hidup saat ini dirunut, semuanya akan kembali pada satu perempuan (female) yang dikenal sebagai Mitokondria Hawa.
Perempuan ini diperkirakan adalah "ibu" dari semua manusia yang hidup saat ini. Jadi, bagaimana para ilmuwan mengetahui hal ini?
Advertisement
Penjelasan sederhananya adalah, ketika sel telur dibuahi sperma, DNA dari ayah dan ibu bergabung dalam proses yang disebut rekombinasi. DNA tertentu hanya diturunkan dari ibu atau ayah.
Semua DNA mitokondria (mtDNA) diturunkan eksklusif dari ibu, sebagai kopian yang persis sama. Namun seiring waktu, akan terjadi mutasi yang sudah diprediksi pada mtDNA.
Pakar biologi membandingkan contoh dari berbagai individu untuk menentukan seberapa dekat hubungan mereka. Semakin sedikit prediksi mutasi ini, semakin dekat hubungannya.
Prediksi dari mutasi ini juga memungkinkan para pakar biologi untuk memperkirakan waktu mutasi tertentu (misalnya nenek moyang) hidup.
Dimulai pada tahun 1987, beberapa studi telah dilakukan menunjukkan semua manusia yang hidup saat ini memiliki nenek moyang perempuan yang sama, dan dia hidup sekitar 200.000 tahun lalu. Melansir Todayifoundout.com, Jumat (9/3/2018)
Saksikan juga video menarik berikut:
Hanya diturunkan oleh perempuan
Untuk detil lebih jelasnya adalah sebagai berikut: Mitokondria ada tipe organel yang ditemukan pada hampir semua sel yang kompleks. Mereka dikenal sebagai pusat tenaga sel, karena mereka mensuplai enzim yang dikenal sebagai adenosine triphosphate (ATP).
ATP ini aadalah sumber dari energi kimia yang dibutuhkan oleh sel untuk melakukan berbagai fungsinya seara luas.
DNA yang ditemukan di dalam mitokondria memiliki dua manfaat. Mereka memiiki 37 gen yang jarang bermutasi, jadi bisa secara mudah digunakan sebagai model jam evolusi. Gen yang sama ini juga memiliki bagian kecil (subsections) yang bermutasi dengan cara yang bisa diprediksi, sehingga pakar biologi bisa menggunakannya sebagai referensi untuk usia.
Sperma hanya memiliki beberapa mitokondria di ekornya. Mereka menggunakan mitokondria ini untuk memotori perjalanan mereka menuju sel telur.
Begitu sperma masuk ke sel telur, hanya kromosom yang ada pada kepala sperma yang dipertahankan dan digunakan dalam proses rekombinas untuk membuat sel baru. Hal ini karena sisa dari sel sperma diuraikan oleh enzim dalam sel telur.
Ini berarti, DNA pada ekor sperma hilang dan tipe yang bisa bertahan hanya yang diberikan oleh sang ibu.
Seiring polulasi manusia bertumbuh dari generasi ke generasi, perempuan menurunkan bukti DNA ini kepada anak perempuannya. Mereka, pada gilirannya, menurunkannya lagi pada anak perempuannya. Seandainya seorang perempuan hanya memiliki anak laki-laki, mtDNA mereka akan hilang, karaena tidak akan pernah diturunkan kepada anak dari anak laki-laki tadi.
Advertisement
Penyusutan populasi
Walaupun para pakar biologi telah menunjukkan bahwa semua manusia adalah keturunan dari satu orang, hal ini bukan berarti hanya ada satu perempuan yang hidup pada masa itu. Hal ini berarti, hanya satu set gen yang telah diturunkan dari satu titik dalam sejarah.
Kebanyakan ilmuwan setuju, bahwa "Hawa" bukanlah satu-satunya perempuan yang hidup (saat itu) karena catatan fosil menunjukkan spesimen yang lebih tua.
Dari "Manusia Jawa" yang sekitar 800.000 tahun, sampai "Lucy" fosil tertua dari sekitar 1-4 juta tahun lalu.
Ada beberapa teori tentang kenapa hanya ada satu set gen yang bertahan. Teori yang paling memungkinkan adalah penyusutan populitas manusia, ang akan menciptakan situasi "ibu yang beruntung" secara evolusi.
Ada beberapa penyusutan populasi yang terjadi sepanjang sejarah. Salah satu laporan, yang ditulis tahun 1990, menunjukkan 70.000 tahun lalu populas manusia menyusut sampai 15.000 jiwa. Alasan di balik penyusutan ini adalah zaman es yang berlangsung selama 1.000 tahun.
Alasan lain penyusutan populasi terjadi adalah: efek asteroid atau erupsi vulkanik yang menyebabkan perubahan iklim secara drastis; wabah yang menyebar luas dan terus-menerus; atau situasi apapun yang menyebabkan keturunan laki-laki memiliki kemungkinan bertahan hidup yang lebih besar, sehingga hanya ada sedikit perempuan untuk melanjutkan gennya.
Walaupun belum ada bukti pasti yang menunjukkan hal ini terjadi, peneliti percaya kombinasi dari satu atau semua faktor di atas adalah alasan kenapa kita semua memiliki nenek moyang yang sama.