Liputan6.com, Jakarta Suzuki APV jadi salah satu model andalan di pasar ekspor. Namun ternyata kini sudah tidak lagi dikirim ke Australia. Bahkan, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), agen pemegang merek (APM) Suzuki di Tanah Air, terakhir kali mengirim modelnya tersebut ke Negeri Kanguru pada November 2016.
Dijelaskan Hadi S Halim, Ekspor Import Dept Head PT SIS, permasalahan ekspor ke Australia ini sudah pernah dikoordinasikan dengan pemerintah.
"Karena waktu itu ada cerita, Bapak Jokowi (Presiden RI) bersama Kadin mau berkunjung ke Australia. Kita ditanya Suzuki ada konsen apa, titip ke kita," jelas Hadi saat berbicnang dengan Liputan6.com, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Advertisement
Lanjut Hadi, ada regulasi di Australia yang membuat Suzuki APV buatan Indonesia harus berhenti diekspor, adalah masalah fitur keselamatan.
"Kayaknya masalah stability control atau safety features yang di mobil APV kita tidak ada. Jadi, kita berhenti ekspornya," tegas hadi.
Sementara itu, ketika ditanya sampai kapan Suzuki APV buatan Indonesia bisa diekspor kembali ke Australia, pria ramah ini belum mengetahui dengan pasti. Pasalnya, untuk pengembangan harus berkoordinasi, dan masalah homologasi harus melalui prinsipal.
"Peluang cukup besar (pabrik otomotif di Australia tutup), tapi kita belum dapat respon dan petunjuk jelasnya," tambahnya.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Buka pasar baru
Dengan berkurangnya satu negara tujuan ekspor, Suzuki dipastikan terus mencari negara sasaran ekspor baru. Namun, untuk masalah ekspor memang bukan bisnis yang sederhana, dan melibatkan keputusan prinsipal.
"Ekspor mobil itu tidak sederhana, ini industri yang full regulated. Kita tetap mempelajari regulasi di masing-masing negara, mana negara ekspor yang berpeluang," aku Hadi.
Selain pasar, Suzuki juga mempelajari model mana yang juga berpeluang untuk dieskpor. Saat ini, Suzuki memiliki model andalan, seperti Ertiga, APV, dan juga Karimun Wagon R.
"Rencana kita pelajari, masuk di mana. Setelah itu koordinasi ke prinsipal, dan homologasinya bagaimana," tukasnya.
Sementara itu, pasar yang saat ini memang potensial, adalah Asia Tenggara, seperti Thailand dan Philipina.
Advertisement