Dijamu Ratu Elizabeth II, Ini 5 Fakta Kunjungan Putra Mahkota Saudi di Inggris

Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, melakukan kunjungan ke resmi ke Inggris dari 7 hingga 9 Maret 2018, dan menjadi pembuka 'tur' globalnya.

oleh Citra Dewi diperbarui 09 Mar 2018, 18:40 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman mengunjungi Perdana Menteri Inggris Theresa May di 10 Downing Street, London, Rabu (7/3). Kunjungan ini dirancang untuk meningkatkan hubungan keamanan dan perdagangan kedua negara. (AP/Alastair Grant)

Liputan6.com, London - Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, melakukan kunjungan ke resmi ke Inggris selama tiga hari, yakni dari 7 hingga 9 Maret 2018.

Kunjungan tersebut merupakan pembuka 'tur' kunjungan global pertamanya semenjak anak Raja Salman itu memegang sejumlah posisi strategis pemerintahan Saudi. Selepas dari Inggirs, pria berusia 32 tahun itu akan melanjutkan kunjungan New York dan Washington.

Mohammed bin Salman, atau dikenal dengan MBS, disebut-sebut sebagai sosok revolusioner.

Ia membuka pintu Saudi dan memperkuat hubungan dengan sejumlah negara untuk mendapat dukungan dalam rencana besar revolusi ekonominya. Hal itu bertujuan untuk mengurangi ketergantungan dalam sektor minyak, yang dikenal dengan Vision 2030.

Dimuat Arab News, Saudi dan Inggris menjadikan kunjungan tersebut untuk membangun hubungan ekonomi yang lebih luas dan meningkatkan hubungan keamanan dan pertahanan.

Selain itu, ada sejumlah fakta menarik soal kunjungan MBS ke Inggris. Dirangkum dari berbagai sumber pada Jumat (9/3/2018), berikut beberapa di antaranya:


1. Dijamu Ratu Elizabeth dan Pangeran Charles

Mohammed bin Salman saat bertemu dengan Ratu Elizabeth di Istana Buckingham (7/3/2018). (Dominic Lipinski/pool via AP)

Ratu Elizabeth menyambut langsung kedatangan Mohammad bin Salman atau MBS. Keduanya pun melakukan makan siang bersama di Istana Buckingham pada Rabu, 7 Maret 2018.

Malam harinya, MBS dijamu makan malam oleh Pangeran Charles dan Pangeran Willaim di Clarence House.

 


2. Membahas Investasi Miliaran Dolar dengan PM Inggris

Perdana Menteri Inggris, Theresa May menjabat tangan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman saat menyambut kunjungannya di 10 Downing Street, London, Rabu (7/3). Inggris menyambut hangat kunjungan Pangeran Saudi itu. (AP/Alastair Grant)

PM Theresa May dan sejumlah menteri Inggris menyambut kedatangan MBS di Downing Street. Di sana mereka mengadakan pertemuan perdana Badan Hubungan Strategis Inggris-Arab Saudi -- merupakan badan perdagangan dan investasi kedua negara.

"Pertemuan tersebut menyetujui ambisi kesempatan perdagangan dan investasi sekitar 65 miliar pound sterling selama tahun-tahun mendatang..." demikian pernyataan juru bicara Downing Street.

 


3. Diberi Hadiah Pohon Keluarga oleh PM Inggris

Chequers di Buckingham, Inggris (Public Domain)

Pada hari kedua kunjungannya, MBS berkunjung ke Chequers -- rumah Abad ke-16 untuk PM Inggris -- bersama dengan Theresa May dan sejumlah jajarannya di Buckinghamshire.

Dimuat Independent, di sana May memberikan MBS sebuah pohon keluarga yang memperlihatkan silsilah Dinasti al Saud. Downing Street mengatakan bahwa dokumen tersebut dibuat oleh konsulat jenderal Inggris di Jeddah pada 1880. Kala itu Ratu Victoria masih memimpin Inggris.

 


4. Bertemu Kepala Gereja Anglikan di London

Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman. (Dan Kitwood/Pool via AP)

MBS bertemu dengan Kepala Gereja Anglikan di Lambeth Palace, London pada Kamis, 8 Maret 2018. Dimuat VOA, ia bernjanji untuk mempromosikan dialog antarkeyakinan sebagai bagian dari reformasi di Saudi.

"Putra Mahkota berkomitmen untuk mmepromosikan tradisi antarkeyakinan dan dialog antaragama baik di dalam maupun di luar Saudi," demikian pernyataan yang dirilis oleh Lambeth Palace.

 


5. Disambut Unjuk Rasa

Unjuk rasa menyambut kedatangan Mohammed bin Salman di Inggris. (Yui Mok/PA via AP)

Sejumlah unjuk rasa mewarnai kedatangan MBS di Inggris. Perang Iran menjadi hal yang disoroti oleh para pendemo.

Koalisi pimpinan Saudi berperang melawan pemberontak yang didukung Iran di Yaman sejak 2015. Perang tersebut menewaskan lebih dari 10.000 orang dan membuat Yaman dilanda kelaparan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya