Liputan6.com, Washington, DC - Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence mengatakan, keputusan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump membuktikan bahwa strategi isolasi terhadap Korut berhasil.
Keputusan Kim Jong-un dan Donald Trump untuk bertemu pada Mei 2018 membuat banyak pengamat tercengang. Pasalnya, hanya beberapa bulan lalu keduanya saling menghina.
Kim pernah menyebut Trump sebagai lelaki tua. Sebaliknya, Trump menyebut Kim dengan "pria roket".
Jika rencana tersebut terwujud, Trump akan menjadi Presiden AS pertama yang bertemu dengan Pemimpin Korea Utara.
Meski demikian, AS tidak mau bersikap lunak dengan Korea Utara. Trump mengatakan bahwa sanksi terhadap Korut masih berlaku hingga negara pimpinan Kim Jong-un itu sepakat untuk melakukan denuklirisasi.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari BBC, Sabtu (10/3/2018), Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan, Donald Trump meminta langkah dan aksi konkrit dari Korea Utara sebelum pertemuan dilakukan. Namun, ia tidak merinci apa langkah-langkah yang dimaksud, maupun mengulang jadwal pertemuan yang sebelumnya disebut pada Mei itu.
Trump pun mencuit bahwa kesepakatan dengan Korea Utara sedang dirancang matang-matang.
Sementara itu sejumlah sumber diplomat lokal di Swedia mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Korea Utara, Ri Yong-ho, akan mengunjungi rekan diplomat Swedianya dalam waktu dekat.
Kedutaan Besar Swedia di Pyongyang turut merepresentasikan kepentingan diplomat Amerika Serikat, Kanada, dan Australia di sana.
Simak Video Sinyal Rujuk Kim Jong-un dengan Korea Selatan:
Korsel: Donald Trump Siap Bertemu Kim Jong-un
Penasihat Keamanan Nasional Korea Selatan, Chun Eui-yong, mengatakan bahwa Donald Trump telah setuju untuk berdialog dengan Kim Jong-un pada Mei 2018. Hal mengejutkan itu disampaikan Chun di depan Gedung Putih pada 8 Maret waktu Washington, DC.
Chung mengatakan, Kim telah menawarkan untuk tidak melakukan uji coba nuklir dan rudal lagi.
"Saya menyampaikan kepada Presiden Trump bahwa pada pertemuan kami dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, ia berkomitmen untuk melakukan denuklirisasi," ujar Chung dalam sebuah konferensi pers.
"Kim berjanji bahwa Korea Utara akan menahan diri dari uji coba nuklir atau rudal lagi," ucap dia.
Pengumuman tersebut disampaikan setelah 10 delegasi Korea Selatan berkunjung ke Pyongyang untuk mengadakan pembicaraan dengan Kim Jong-un dan pejabat Korea Utara pada awal pekan ini.
"Presiden Trump menghargai hal tersebut dan mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan Kim Jong-un pada bulan Mei untuk mencapai denuklirisasi permanen," ujar Chung.
Advertisement
Kim Jong-un dan Moon Jae-in Direncakan Bertemu pada April 2018
Usai berdialog dengan Korea Utara pada awal pekan ini, delegasi Korea Selatan menyampaikan bahwa pemimpin kedua negara, Kim Jong-un dan Moon Jae-in, sepakat untuk bertemu dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada April 2018.
Kim dan Moon rencananya akan bertemu di Panmunjom, desa yang terletak di Demilitarized Zone (DMZ). Kedua negara juga sepakat untuk membuka sambungan komunikasi hotline antara pemimpinnya.
Dalam pernyaaan yang dirilis Kantor Kepresidenan Korea Selatan, disebutkan bahwa Korea Utara berkeinginan untuk membicarakan penghapusan senjata nuklirnya, dengan syarat keamanan negaranya terjamin.
"Korea Utara menunjukkan keinginannya atas denuklirisasi Semenanjung Korea. Jika ancaman militer terhadap Korea Utara menurun dan keamanan rezim terjamin, Korea Utara memperlihatkan bahwa tak ada alasan untuk mempertahankan nuklirnya," demikian pernyataan tersebut.
Hubungan kedua negara menghangat dalam Olimpiade Musim Dingin 2018 yang digelar di Pyeongchang, Korea Selatan.
Selain pawai di bawah satu bendera, tim hoki es Korut dan Korsel juga bertanding dalam satu regu. Kim Jong-un pun menyebut jamuan Negeri Gingseng begitu mengagumkan terhadap negaranya.