Liputan6.com, Gdansk - Egy Maulana Vikri kembali menjadi buah bibir. Itu berkat kesuksesannya meneken kontrak dengan klub kasta tertinggi Polandia, yakni Lechia Gdansk. Egy menjadi pemain pertama Indonesia yang meneken kontrak dengan klub kasta tertinggi di salah satu negara Eropa.
Nama Egy Maulana Vikri memang terus menghiasi headline media-media di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Kemampuannya dalam berlari, menggiring bola, skill individu, hingga mencetak gol terus membuat banyak kalangan terkesan.
Baca Juga
Advertisement
Yang membuatnya semakin spesial, Egy Maulana Vikri adalah pemain dengan kaki kidal kuat. Bahkan, ia juga bisa ditempatkan di berbagai posisi. Mulai dari playmaker, gelandang serang, penyerang sayap, hingga berperan sebagai striker dalam skema false 9.
Pria kelahiran 7 Juli 2000 itu sebenarnya sudah mencuri perhatian sejak 2012. Saat itu, Egy tampil dalam Festival FIFA. Selain membawa timnya, SSB Tasbi Medan juara, Egy yang memiliki warna rambut sedikit pirang itu juga menahbiskan dirinya sebagai top scorer dengan 10 gol.
Selain itu, aksi mentereng pengidola Barcelona itu juga terpampang di Piala Soeratin 2016. Prestasinya pun nyaris serupa. Selain membawa Persab Brebes juara, ia juga meraih gelar top scorer dengan mengemas 26 gol.
Di tahun yang sama pula ia menunjukkan kehebatannya bersama ASIOP Apacinti. Ia membawa ASIOP juara Gothia Cup 2016. Terkini, ia membawa timnas Indonesia U-19 meraih medali perunggu pada Piala AFF U-18 2017, merebut gelar top scorer, serta Pemain Terbaik.
"Pasti setiap pemain tidak pernah puas. Saya ingin menampilkan yang terbaik, tapi menurut saya masih banyak yang harus diperbaiki lagi, masih banyak yang harus dipelajari. Fisik, defending, dan di depan gawang harus lebih tenang lagi," ujar Egy saat menyambangi ke kantor Liputan6.com, 1 Oktober 2017.
Dikenal Dunia Internasional
Masih banyak prestasi-prestasi pemain berusia 17 tahun itu yang belum disebutkan. Salah satunya adalah saat ia menerima penghargaan Jouer Revelation. Ini adalah gelar yang pernah disematkan kepada Zinedine Zidane (1991) dan Cristiano Ronaldo (2003).
Di sinilah awal di mana mulai banyak klub-klub Eropa yang kepincut dengan penampilan Egy. Saat itu Egy dan rekan-rekannya di timnas U-19 berkesempatan melawan tim-tim sekaliber Brasil, Republik Ceko, dan Skotlandia. Tak hanya di Indonesia, namanya saat itu juga menghiasi media-media internasional.
Nama pria yang mengidolakan Lionel Messi itu semakin sering terdengar saat dirinya tampil bersama timnas U-19 di bawah asuhan Indra Sjafri. Bahkan, pelatih Espanyol B, David Gallego Rodriguez pun sempat melayangkan pujian.
"Menurut saya ia memiliki talenta yang bagus. Tapi ia harus lebih kompetitif dalam bertahan. Ia memiliki gaya permainan seperti Messi, bisa melewati beberapa pemain," ungkap David, 14 Juli 2017.
Ya, karena kehebatannya, publik pun menjuluki Egy dengan nama Messi Indonesia. Egy sendiri tak mempermasalahkan panggilan tersebut. Namun, jika boleh memilih, ia tak ingin disamakan seperti Messi dan hanya ingin menjadi seorang Egy Maulana Vikri.
Ini adalah rentetan perjalanan Egy agar dapat mewujudkan impiannya. Ya, pria asal Medan ini memang selalu ingin memperkuat salah satu klub Eropa. Segala hal pun sudah dipersiapkan Egy sejak kecil.
Terlahir dari keluarga sepak bola, ia tahu betul apa yang dibutuhkan seseorang untuk menjadi pesepak bola hebat. "Main di liga profesional, di luar negeri, bisa masuk TV seperti main di Liga Champions," jelas Egy kepada Liputan6.com, 1 Oktober 2017.
"Hal yang dipersiapkan pertama mental. Kalau main di luar negeri, lawannya kan (postur) besar-besar. Harus kerja keras. Harus lebih kuat lagi. Berdoa dan ibadah jangan ditinggal. Jangan berleha-leha," ia menambahkan.
Advertisement
Petualangan Baru
Lechia Gdansk memang bukan klub dengan nama besar. Hingga pekan ke-26 Ekstraklasa 2017/2018, Gdansk masih berkutat di urutan ke-12. Musim lalu, mereka finis di urutan keempat klasemen. Selain itu, mereka juga tak pernah merebut gelar juara Ekstraklasa.
Akan tetapi, di sini Egy mendapat jaminan bahwa ia akan bermain bersama tim utama. Egy yang dijanjikan bakal masuk skuat utama, akan bersaing dengan beberapa nama yang berposisi sama dengannya. Dengan kebiasaan Piotr Stokowiec menerapkan formasi 3-4-3, Egy kemungkinan akan banyak bermain sebagai inverted winger.
Di posisi itu, telah ada tiga pemain, yaitu Marco Paixao, Romario Balde, dan Flavio Paixao. Ketiganya berasal dari Portugal. Rasanya memang sulit bagi Egy untuk menembus tim inti, tapi ia selalu memastikan bahwa dirinya adalah pekerja keras. Bermain di luar negeri pun sudah sesuai skenarionya untuk tampil di Piala Dunia 2034 jika Indonesia benar-benar tampil sebagai tuan rumah.
"Kalau saya main di luar negeri, mungkin masih bisa. Lihat nanti saja bagaimana. Kita pikirkan dulu yang terdekat, ada Piala Asia. Kalau kita berjuang mati-matian di sana, Insya Allah bisa tampil di Piala Dunia U-20," jelas Egy, 1 Oktober 2017.