Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha nasional Indonesia dan juga pendiri Matahari Department Store Hari Darmawan tutup usia. Sebelum jatuh ke tangan Grup Lippo, Hari Darmawan merupakan sosok pendiri Matahari Department Store.
Ia pun dikenal sebagai salah satu pelopor ritel modern di Indonesia. Hari Darmawan yang lahir dari keluarga pengusaha ini mampu mengembangkan bisnis ritelnya. Pada awalnya, pria kelahiran 27 Mei 1940 ini membeli toko Mickey Mouse, toko serbaada berukuran kecil di Pasar Baru. Toko tersebut milik ayah mertuanya. Pada saat itu, Pasar Baru merupakan distrik perbelanjaan terkenal di Jakarta.
Mengutip dari berbagai sumber, Sabtu (10/3/2018), Hari pun berjuang untuk mengembangkan bakat usahanya membeli toko serbaada milik mertuanya tersebut. Kemudian suami dari Anna Janti ini membeli toko serbaada di Pasar Baru bernama Toko De Zion, yang artinya The Sun, atau Matahari.
Hari pun mengganti nama toko itu menjadi Matahari. Hari membeli toko itu lantaran pemilik De Zon yang merupakan pesaingnya sedang kesulitan keuangan. Mulai dari toko tersebut, Hari Darmawan membuka gerai pertama Matahari di Pasar Baru. Usaha Matahari pun semakin luas. Hari mengembangkan toko dengan berkonsep department store di Indonesia pada 1972. Sejak saat itu, Matahari merupakan perusahaan dengan merek nasional.
Baca Juga
Advertisement
Kemudian pada 1980, ia membuka toko pertama di luar Jakarta dengan nama Sinar Matahari Bogor. Untuk mengembangkan usaha Matahari, Hari juga mencari pendanaan lewat pasar modal. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan bisnisnya.
Saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dicatatkan di pasar saham pada 21 Desember 1992. Harga saham perdana Matahari sekitar Rp 7.150 per saham dengan jumlah saham yang dilepas sekitar 8,7 juta saham. Kemudian pada 1996, Hari pun menjual sebagian saham Matahari Department Store ke grup Lippo. Krisis moneter 1997-1998 turut memengaruhi bisnis ritel yang dijalani Hari Darmawan.
Per 28 Februari 2018, pemegang saham PT Matahari Putra Prima Tbk antara lain DBS Bank Ltd S/A PT Multipolar Tbk sebesar 24,14 persen, PT Multipolar Tbk sebesar 26,09 persen, DBS Bank Ltd SA Prime Star Investment Pte Ltd sebesar 26,09 persen dan publik 23,68 persen.
PT Matahari Putra Prima Tbk pun mengalihkan aset Matahari Department Store (MDS) ke PT Pacifik Utama Tbk (LPPF) pada 2009. Kemudian PT Pacifik Utama Tbk berganti nama menjadi PT Matahari Department Store Tbk.
Perseroan menjadikan PT Matahari Department Store Tbk dengan kepemilikan saham mayoritas. Hal itu disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dengan agenda rencana perusahaan merestrukturisasi aset department store pada PT Pacific Utama Tbk hingga di atas 90 persen pada Oktober 2009. PT Pasific Utama Tbk mengelola aset operasional Matahari Department Store.
Pada 2010, 90,76 persen saham PT Matahari Department Store Tbk yang dimiliki oleh PT Matahari Putra Prima Tbk dijual kepada CVC Partnes. PT Matahari Putra Prima Tbk menjual 2,64 miliar saham atau sekitar 90,76 persen saham LPFF kepada Meadows Asia Capital (MAC) pada harga Rp 2.705,33 per saham. Total transaksi Rp 7,1 triiun. MAC ini merupakan perusahaan patungan CVC dengan PT Matahari Putra Prima Tbk.
Kini pemegang saham PT Matahari Department Store Tbk antara lain PT Multipolar Tbk sebesar 17,48 persen dan publik kurang dari lima persen sebesar 82,52 persen. Jumlah saham publik cukup besar tersebut lantaran Asia Color Company Limited yang merupakan anak usaha CVC menjual saham Matahari Department Store.
Matahari Department Store kini mengelola 156 gerai di 73 kota di Indonesia. Kini mempekerjakan lebih dari 40.000 orang dan bermitra dengan sekitar 850 pemasok lokal serta internasional. Tak hanya gerai konvensional, Matahari kini juga mengelola sektor e-commerce lewat MatahariStore.com.
Sementara itu, PT Matahari Putra Prima Tbk mengelola ritel yang bergerak di usaha supermarket. Pada penutupan perdagangan saham Jumat 10 Maret 2018, saham PT Matahari Department Store Tbk naik 4,76 persen ke posisi Rp 11.000 per saham.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hari Darmawan Suka Berbagi Ilmu
Sebelumnya, pengusaha nasional yang juga pendiri Matahari Department Store Hari Darmawan tutup usia. Kepergian Hari Darmawan meninggalkan kesedihan bagi koleganya, terutama di Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).
Wakil Ketua Aprindo Tutum Rahanta menuturkan, pihaknya sangat kehilangan Hari Darmawan. Apalagi Hari Darmawan dikenal sebagai sosok pengusaha yang tak berhenti untuk terus memajukan sektor ritel di Indonesia.
"Kami sangat bersedih dan kehilangan. Pak Hari Darmawan, pelopor ritel modern di Indonesia. Ia tidak berhenti untuk memajukan ritel Indonesia," ujar Tutum saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu, 10 Maret 2018. Tutum mengenal Hari Darmawan sebagai sosok pribadi yang baik dan punya visi ritel ke depan meski usianya sudah 77 tahun.
"Pak Hari sangat baik, smart, punya visi, beliau sangat baik. Tidak pendendam, emosinya tak ada, seorang pemimpin, kami sangat kehilangan," kata Tutum.
Bahkan Tutum melihat sosok Hari tidak pelit untuk berbagi ilmu. Bahkan kepada pesaing-pesaingnya. Hari Darmawan selalu memberikan ilmu bila mendapatkan sesuatu baru dari luar negeri.
"Tidak sungkan untuk membagi ilmu. Bila beliau dari luar dan mendapatkan sesuatu, ia akan mengumpulkan kami untuk berikan miles-miles. Ia juga orangnya terbuka dan tak mau menang sendiri," kata Tutum.
Seperti diketahui, Hari Darmawan, pendiri Matahari, pernah menjadi Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) sekitar tahun 2001-2004. Usai melepas bisnis ritelnya, Hari Darmawan juga merambah bisnis di bidang pariwisata dengan membangun Taman Wisata Matahari yang berlokasi di Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Hari Darmawan ditemukan tewas di pinggir Sungai Ciliwung, Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jenazah pendiri Matahari Department Store ini ditemukan tersangkut batu oleh warga sekitar pukul 06.30 WIB pada Sabtu, 10 Maret 2018.
Advertisement