Liputan6.com, Kandy - Ratusan biksu dan aktivis Buddha berkumpul di ibu kota Sri Lanka untuk menunjukkan perlawanan terhadap konflik rasial di negara mereka pada Jumat, 9 Maret 2018. Konflik yang itu, membuat pemerintah memberlakukan status darurat.
"Kami mengecam bentrokan antar komunitas agama yang telah menghancurkan persatuan nasional ini," demikian pernyataan para biksu yang tergabung dalam Front Biksu Nasional seperti dimuat Aljazeera.
Selain itu, para biksu juga mengunjungi masjid-masjid selama Salat Jumat untuk mengungkapkan rasa solidaritas mereka.
Bentrokan antara sekelompok umat Buddha dan muslim, bermula dari insiden penganiayaan yang dilakukan oleh empat pemuda muslim terhadap seorang pria karena ribut soal insiden kecelakaan. Pria yang berasal dari etnis Sinhala itu, tewas setelah dianiaya.
Baca Juga
Advertisement
Massa dari kelompok Buddha melakukan aksi balas dendam dengan menyerang desa warga muslim di distrik Kandy, Sri Lanka. Mereka membakar toko, rumah, serta masjid di sana hingga menyebabkan seorang pria tewas.
Pemerintah segera mengumumkan keadaan darurat dan memberlakukan jam malam tanpa batas usai insiden tersebut terjadi. Selain itu, pemerintah juga mengerahkan tentara dan polisi untuk berpatroli di daerah-daerah rawan konflik.
Di sisi lain, situasi tampaknya sudah kembali mereda di daerah mayoritas muslim distrik Kandy. Banyak toko telah buka kembali setelah sebelumnya sempat terancam diserang. Tentara Sri Lanka yang dikerahkan pemerintah juga membuat serangan massa Buddha Sinhala berakhir.
Reporter: Ira Astiana
Sumber: Merdeka.com