Kementerian PUPR Targetkan 13 Ribu Unit Rusun Terbangun di 2018

Hunian vertikal menjadi pilihan karena generasi milenial lebih memilih tinggal di kawasan perkotaan, sementara ketersediaan tanah semakin terbatas.

oleh Septian Deny diperbarui 11 Mar 2018, 19:28 WIB
Kondisi bangunan wisma atlet Asian Games 2018, Kemayoran, Jakarta, Minggu (4/2). Pembangunan rusun yang akan digunakan sebagai Wisma Atlet pada Asian Games 2018 telah dinyatakan selesai 100 persen. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan terus menambah pasokan unit rumah terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Ditargetkan sebanyak 13.405 unit rumah susun (rusun) terbangun pada tahun ini.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono program subsidi rumah bagi MBR merupakan upaya mewujudkan Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada pada 29 April 2015 silam di Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.

"Bagi MBR dengan penghasilan maksimal Rp 7,5 juta dapat menikmati rusun subsidi dan untuk rumah tapak maksimal penghasilan MBR yang mendapatkan KPR Subsidi adalah Rp 4,5 juta," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (11/3/2018).

‎Sementara itu Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, Khalawi Abdul Hamid mengatakan rusunawa bisa menjadi pilihan tempat tinggal bagi para pekerja generasi millenial. Mekanismenya Pemerintah Daerah menyediakan lahan dan mengajukan usulan pembangunan Rusun kepada Kementerian PUPR.

“Kalau masih single bisa memilih tipe studio, bila sudah berkeluarga bisa memiliki tipe 36. Harga sewanya relatif terjangkau dengan kualitas cukup baik. Nanti bila penghasilan semakin meningkat bisa mengangsur membeli apartemen atau rumah tapak,” kata dia.

 


Pilihan Generasi Milenial

Pekerja kontruksi menyelesaikan proyek pembangunan Rusunawa Tingkat Tinggi Pasar Rumput di Jalan Lingkar Pasar Rumput, Jakarta, Selasa (14/11). Pembangunan rusun ini ditargetkan rampung pada akhir 2018 mendatang. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Hunian vertikal menjadi pilihan karena generasi milenial lebih memilih tinggal di kawasan perkotaan, sementara ketersediaan tanah semakin terbatas. Hunian vertikal juga mengurangi laju konversi lahan perdesaan menjadi perkotaan.

Sebagai contoh, pembangunan rusunawa bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia di Denpasar, Bali

Rusunawa tersebut dibangun Kementerian PUPR dengan anggaran tahun 2017 sebesar Rp14 miliar. Bangunan tersebut memiliki 3 lantai dengan 47 unit, serta telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti sambungan listrik dan sarana air bersih meubelair, tempat parkir dan Prasarana dan Sarana Umum (PSU).

“Kalau di lokasi lain bisa dibangun 4 lantai, namun karena aturan di Bali, kita hanya bisa membangun unit Rusun 3 lantai. Untuk harga sewanya nanti akan ditentukan oleh pihak pengelola,” jelas Khalawi.

 


Khusus Nelayan

Pekerja kontruksi menyelesaikan proyek pembangunan Rusunawa Tingkat Tinggi Pasar Rumput, Jakarta, Selasa (14/11). Pembangunan dengan luas unit 36 meter persegi ini nantinya memiliki 25 lantai dengan 1.984 unit di dalamnya. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Selain Rusunawa ASN, Kementerian PUPR juga membangun Rusunawa bagi pekerja, mahasiswa, pondok pesantren, nelayan dan anggota TNI dan Polri.

Pada 2017, proyek pembangunan Rusun Kementerian PUPR mendekati target yang dicanangkan. Dari total yang direncanakan sebanyak 13.253 rusun di seluruh Indonesia, berhasil dibangun keseluruhan 13.251 unit.

"Adapun, pada tahun 2018 ini Kementerian PUPR menargetkan pembangunan sebanyak 13.405 unit rusun," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya