Karpet Merah Berkarya untuk Tommy Soeharto

Keputusan Partai Berkarya menjadikan Tommy Soeharto sebagai Ketua Umum semakin memantapkan posisinya di kancah politik nasional

oleh Devira PrastiwiPutu Merta Surya Putra diperbarui 12 Mar 2018, 00:03 WIB
Ketua Dewan Pembina Partai Berkarya Tommy Soeharto (tengah) mendapatkan nomor 7 sebagai peserta pemilu 2019 saat pengundian nomor urut parpol di kantor KPU, Jakarta, Minggu (19/2). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Rapimnas III Partai Berkarya yang digelar di Solo, Jawa Tengah, Sabtu, 10 Maret 2018 resmi mengusung dewan pembinanya, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto menjadi ketua umum.

Sekretaris Jenderal DPP Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang mengatakan keputusan tersebut diambil setelah mendengarkan pandangan dari 34 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Berkarya seluruh Indonesia. Pengangkatan tersebut tercatat dalam Keputusan Rapimnas ke-III Partai Berkarya Nomor 07/Keputusan/Rapimnas III Partai Berkarya/3/2018.

"Dengan demikian kepengurusan ketua umum sebelumnya dinyatakan demisioner," tutur Picunang.

Keputusan itu semakin memantapkan posisi putra bungsu Presiden RI ke-2 Soeharto itu di kancah Politik nasional. Langkah Tommy Soeharto ini mendapat dukungan dari kakaknya Siti Hediati Hariyadi atau Titiek.

Menurut Titiek, eksistensi Partai Berkarya yang dipimpin adiknya justru akan menambah warna di Pemilu 2019 mendatang. Tommy sendiri pernah lama bergabung di Golkar.

Meski demikian, Titiek, yang masih menjadi kader Golkar, tak risau partai yang digawangi Tommy akan menggerus suara Golkar.

"Golkar dan Berkarya, tujuannya untuk kesejahteraan rakyat. Makin banyak partai selama tujuannya bagus, kenapa tidak," kata Titiek.

Terkait dengan rencana Partai Berkarya yang akan mengusung Tommy sebagai calon presiden, Titiek menyerahkan pilihan tersebut kepada masyarakat.

"Masyarakat yang nanti akan memilih siapa yang terbaik untuk bangsa," ucap mantan Istri ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto itu. 

Menurut Titiek, peluang Tommy kecil. Pasalnya, pendaftaraan calon presiden sudah kian dekat. Sementara, Tommy belum melakukan persiapan apa pun. "Mana mungkin dalam waktu singkat bisa memasukkan calon yang belum disosialisasikan di masyarakat," ungkap Titiek.

Titiek pun menolak bila majunya Tommy Soeharto dikaitkan dengan adanya upaya membangkitkan keluarga cendana di kancah politik nasional.

"Enggak ada urusan kebangkitan politik keluarga kami. Kami selamanya selalu concern untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Jadi di mana pun, kapan pun, bagaimana meneruskan cita-cita Pak Harto dan cita-cita para pendiri bangsa. Jadi bukan berarti baru sekarang," ucap Titiek.

Dia menuturkan, isu soal adanya upaya membangkitkan kembali keluarga Cendana bukan hanya kali ini.

 

 


Tunjukkan Eksistensi

Titiek mencontohkan isu tersebut pernah muncul ketika Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) berencana mengusung Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut maju sebagai calon presiden di Pilpres 2014.

Namun, sayangnya PKPB saat itu hanya memperoleh suara 2,11 persen, sehingga rencana mengusung Tutut pun sirna. Bukan hanya itu, sebelum bersama Partai Berkarya, Pemilu 2014 Tommy pernah mendaftarkan Partai Nasional Republik (Nasrep).

"Jadi bukan berarti baru sekarang ya. Perasaan dari dulu udah ada partainya Mbak Tutut. Semua tujuannya sama," ungkap Titiek.

Setelah ditunjuk sebagai ketua Umum, Tommy Soeharto pun mulai unjuk gigi, Tommy mengaku partainya saat ini masih menunggu perkembangan politik dalam negeri.

"Kami masih fokus pada perolehan kursi di parlemen," ujar Tommy Soeharto di sela acara Rapat Pimpinan Nasional III DPP Partai Berkarya di Hotel Lor In Solo, Minggu (11/3/2018).

Mengenai sikap Partai Berkarya terhadap pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla saat ini, Tommy mengaku partainya memilih untuk bersikap objektif.

"Kami objektif saja, apa yang dilakukan baik oleh pemerintah untuk rakyat akan didukung. Misalnya dana desa, kalau dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, kami dukung," kata Tommy, seperti dilansir dari Antara.

Hanya saja, Tommy Soeharto menyoroti besarnya jumlah anggarannya, yaitu mencapai Rp 1,5 miliar per desa. Menurut dia, anggaran sebesar itu justru dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, bukan untuk program kesejahteraan rakyat.

"Padahal mengenai infrastruktur ini masuknya ke APBN dan APBD. Ini yang harus dikoreksi, seharusnya untuk rakyat," kata dia. 

Selain itu, Tommy berharap pemerintah segera mencari solusi terkait permasalahan negara, salah satunya utang. Dia mengatakan jika utang terus dibiarkan maka akan menjadi tanggungan anak cucu kelak.

"Utang ini harus diatasi oleh pemerintah sekarang dan ke depan. Ini harus segera dicarikan solusi," kata Tommy.


Perjuangan Tommy Soeharto

Ketua Umum Partai Berkarya Neneng A Tutty bersama sejumlah fungsionaris partai membentangkan bendera Partai Berkarya seusai menyerahkan pendaftaran sebagai peserta Pemilu 2019 ke KPU Pusat, Jakarta, Jumat (13/10). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kendati rezim Soeharto ikut tumbang seiring dengan berakhirnya Orde Baru, bukan berarti keluarga Cendana menjauh dari hiruk pikuk politik Tanah Air. Sejumlah partai politik sempat didirikan serta ikut dalam pemilu, meski tak ada yang bertahan lama dalam persaingan merebut suara pemilih.

Yang pertama adalah Partai Karya Peduli Bangsa atau PKPB. Partai politik ini didirikan pada 9 September 2002 di Jakarta dan dipimpin R Hartono, mantan KSAD dan mantan Menteri Dalam Negeri pada Kabinet Pembangunan VII.

Hartono tak menutupi kalau partai yang dipimpinnya ingin mendulang sukses yang pernah dirasakan Orde Baru. Bahkan, seperti ditulis Liputan6.com, Senin 1 Maret 2004, purnawirawan jenderal ini yakin partainya bakal mendapat dukungan masyarakat yang pernah merasakan kemakmuran pada saat Soeharto berkuasa.

Yang lebih menarik, partai ini mendapat dukungan dari Siti Hardijanti Rukmana, putri sulung mantan Presiden Soeharto yang karib disapa Tutut. Sejak ayahnya lengser dari kursi kekuasaan, Tutut ikut menghilang. Ia jarang tampil di muka umum. Tapi, 2 Desember 2003, ia hadir dalam acara syukuran PKPB. Saat itu, muncul dugaan bahwa Tutut adalah calon presiden dari PKPB.

Menjelang penghujung 2003, PKPB mendeklarasikan Tutut sebagai calon presiden dari parta itu. Namun, Tutut tak mau terang-terangan menyatakan diri sebagai capres dari PKPB. Kendati dia menegaskan siap berkonsentrasi untuk memenangkan PKPB.

"Selama kampanye, kami akan siap membantu partai," tegas Tutut di Jakarta, Rabu 10 Maret 2004.

Namun, niat Tutut menjadi capres gagal setelah hasil Pemilu 2004, PKPB yang bernomor urut 14 hanya memperoleh 2,11% suara secara nasional dan memperoleh 2 kursi di DPR.

Pada 2008, untuk berpartisi kembali dalam Pemilu 2009, PKPB sempat mengubah namanya menjadi Partai Karya Pembangunan Bangsa dengan lambang partai baru yang tidak jauh berbeda. Setelah UU Pemilu yang baru mengizinkan partai peserta Pemilu 2004 berkompetisi kembali, PKPB menggunakan kembali nama lama, namun tetap mempertahankan lambang yang baru.

Dalam Pemilu 2009 yang diikuti 38 partai politik, PKPB gagal untuk masuk DPR. Hal ini merupakan imbas dari ketentuan electoral threshold pada pemilu sebelumnya dihapus dan diganti dengan parliamentary threshold sebesar 2,5 persen. Pada Pemilu 2014, PKPB pun hilang dari peredaran karena tidak lolos verifikasi administrasi KPU.

Setelah Tutut, putra bungsu Soeharto, Hutomo Mandala Putra yang karib disapa Tommy mendirikan partai Partai Nasional Republik (Partai Nasrep). Ketua umum partainya saat itu adalah Jus Usman Sumanegara dengan Sekretaris Jenderal Neneng A. Tutty.

"Kami dari gabungan partai-partai juga. Ada partai lama dan kecil-kecil, itu kan banyak yang jebol-jebol. Jadi kepengurusan partai lama akan lebur," kata Neneng di Jakarta, Rabu 27 April 2011.

Partai ini resmi didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi dan Manusia untuk menjadi peserta Pemilu 2014. Pada proses seleksi partai politik untuk menjadi peserta Pemilu 2014 yang diselenggarakan KPU, Partai Nasrep lolos dalam tahap verifikasi awal, namun kemudian gagal dalam tahap verifikasi administrasi. Artinya, Partai Nasrep gagal mengikuti Pemilu 2014.

Tak mau menyerah, Partai Nasrep kemudian memutuskan bergabung dengan Partai Beringin Karya yang menjelma sebagai Partai Berkarya. Partai ini didirikan pada 15 Juli 2016 dan mendapatkan legitimasi hukum dan sah sebagai partai politik di Indonesia pada 17 Oktober 2016.

Neneng A Tutty yang sebelumnya menjadi Sekjen Partai Nasrep kini menjadi Ketua Umum Partai Berkarya dengan Sekjen Badaruddin Andi Picunang. Sementara Tommy menjabat sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai sekaligus Ketua Dewan Pembina. Melalui Partai Berkarya inilah Trah Cendana yang diwakili Tommy Soeharto berusaha kembali ke panggung kekuasaan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya