Liputan6.com, Banjarnegara - Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan Sungai Serayu di Banjarnegara mengalir deras. Namun, itu tak mengurungkan niat rombongan dari SMP Kroya, Cilacap, untuk memacu adrenalin dalam olahraga arung jeram atau rafting, Minggu, 11 Maret 2018.
Awalnya, rombongan wisatawan itu tak mengalami kendala saat mulai menyusuri Sungai Serayu dari hulu, sekitar pukul 11.00 WIB. Tiap perahu yang berisi lima atau enam orang disertai pemandu atau guide yang selalu mengarahkan saat melewati jeram berbahaya.
Mereka juga telah menggunakan peralatan penunjang keselamatan (safety) rafting, seperti pelampung dan helm.
Baca Juga
Advertisement
Wisatawan yang mengisi sembilan perahu pun tenang. Pasalnya, perahu tim penyelamat atau rescue berisi empat orang pun selalu mengawal perahu yang mereka tumpangi.
Akan tetapi, olahraga rafting yang yang menantang nan mengasyikkan itu berubah menjadi kepanikan hebat saat tiba-tiba salah satu perahu perahu terhempas dan terbalik di jeram Kedung Sawangan, di sebelah timur jembatan Singomerto.
Tim rescue yang mengawal pun langsung berjibaku menyelamatkan korban yang tenggelam. Bahkan, dalam penyelamatan kecelakaan rafting itu, anggota tim rescue sampai mengalami luka-luka.
Penyelamatan Korban Kecelakaan Rafting
Upaya mereka berhasil. Lima orang wisatawan berhasil diselamatkan. Namun, mereka tak berhasil menyelamatkan dua orang lainnya.
Kohar Mutalim (54 th), wisatawan, warga Jalan Jenderal Soedirman Nomor 96 RT 10 RW 6 Desa Kroya Kecamatan Kroya, Cilacap, dan Ahmad Prihantoro alias Toro (25 th), warga RT 01 RW 02 Selagara, Kutayasa, Madukara, Banjarnegara.
Kohar Mutalim ada guru SMP Kroya, Cilacap yang tengah berwisata rafting di Sungai Serayu. Adapun Toro adalah guide atau pemandu, yang mendampingi wisatawan dan sebelumnya mencoba menolong para korban perahu terbalik.
Mereka meninggal dunia usai terseret arus deras dan sempat tak terdeteksi. Tim Search and Rescue (SAR) gabungan pun langsung mencari korban tenggelam bersama warga. Pukul 14.00 WIB, dua korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
"Dua meninggal dunia. Kemudian itu yang luka ada empat yang luka-luka, tetapi luka ringan," ucap Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, Arif Rachman, saat dihubungi Liputan6.com, Minggu malam.
Diduga, mereka terseret arus dan terbentur-bentur dalam insiden tersebut. "Hanya lebam karena terbentur-bentur. Itu juga karena berusaha menyelamatkan, itu juga," dia menambahkan.
Advertisement
Murni Kecelakaan atau Kelalaian Pengelola?
Empat orang yang terluka adalah anggota tim rescue dan guide. Tiga anggota tim rescue yang terluka adalah Afianto (34) warga Parakncanggah, Priyo Handoko (34) asal Magelang, dan Surahmanto (29 ) warga Bojanegara, Sigaluh. Adapun guide yang terluka adalah Febriyanto (19), warga Bojanegara, Sigaluh.
Usai kecelakaan itu, Tim Indonesia Automatic Fingerprints Identification System (Inafis) Polres Banjarnegara mengidentifikasi dua korban dan mengolah Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Selanjutnya, dua orang korban meninggal dunia diserahkan kepada keluarganya di Banjarnegara dan Cilacap.
Arif mengemukakan, pengelola wisata arung jeram atau rafting di Sungai Serayu telah melaksanakan standar keamanan seperti diatur dalam Standar Operasi Prosedural (SOP) rafting.
Antara lain, dalam tiap perahu selalu ada guide berpengalaman. Kedua, ada perahu pengawal yang selalu mendampingi dan mengawasi perahu di sepanjang perajalanan. Wisatawan dan guide pun telah memakai peralatan penunjang keamanan rafting.
"Jadi, dalam kejadian ini, SOP-nya sudah sesuai, sudah dilakukan. Lebih karena faktor musibah. Musibah itu kan tidak bisa kita duga, kan, ya," dia menjelaskan.
Arif menambahkan, insiden rafting yang sampai menimbulkan korban jiwa adalah insiden pertama yang terjadi sejak wisata arung jeram ini dibuka pada 2007 lalu.
"Kami menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban, atas musibah yang menimpa para korban," dia menuturkan.
Simak video pilihan berikut ini: