Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengaku pernah memerintahkan untuk menembak sebuah pesawat penumpang yang dilaporkan membawa sebuah bom. Bom tersebut akan dijatuhkan pada upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2014 di Sochi, katanya dalam sebuah film dokumenter.
Dalam film berurasi dua jam tersebut, Vladimir Putin menceritakan, ia diberitahu bahwa sebuah pesawat yang terbang dari Ukraina ke Turki telah dibajak saat Olimpiade 2014 akan dimulai. Namun ia menjelaskan, itu adalah peringatan keliru dan tidak ada pesawat yang dijatuhkan.
Advertisement
"Saya diberitahu, pesawat yang terbang dari Ukraina ke Istanbul telah ditangkap, pasalnya di dalam pesawat ada penculik yang memaksa pilot untuk mendarat di Sochi," kata Putin dalam film tersebut, seperti dikutip dari BBC, Minggu 11 Maret 2018.
Pilot dari Turkish Pegasus Airlines Boeing 737-800, yang tak disebutkan namanya, menerbangkan pesawat dengan mengangkut 110 orang di dalamnya. Ia membeberkan bahwa ada satu orang penumpang yang memiliki bom dan menyuruhnya untuk mengalihkan pesawat ke Sochi.
Di film dokumenter tersebut, Vladimir Putin juga mengungkapkan bahwa petugas keamanan terpaksa memberlakukan prosedur sesuai ketentuan yang berlaku, yaitu dengan melakukan pendaratan darurat.
"Saya tegaskan kepada mereka: laksanakan sesuai rencana," ucap Putin.
Beberapa menit kemudian, pria berumur 65 tahun ini menerima telepon yang memberitahukan bahwa itu adalah peringatan palsu. Setelahnya, Vladimir Putin langsung bergerak menuju Sochi bersama pejabat Olimpiade untuk memeriksa langsung lokasi upacara pembukaan.
Film dokumenter berjudul "Putin" dibuat menjelang pemilu Rusia yang jatuh pada 18 Maret 2018, di mana ia kembali mencalonkan diri sebagai presiden. Bagian pertama dari film itu telah diunggah di seluruh akun media sosial pro-Putin.
Soal Krimea dan Ukraina
Selama pembuatan filmnya, Vladimir Putin dicecar pertanyaan oleh Kondrashov -- seorang presenter TV papan atas yang sekarang menjabat sebagai atase pers Putin -- mengenai kemungkinan pengembalian Krimea ke Ukraina.
"Apa yang Anda bicarakan? Keadaan seperti itu tidak ada dan tidak akan pernah ada," tegas Putin, kantor berita Tass Rusia melaporkan ucapannya.
Rusia mencaplok semenanjung tersebut dari Ukraina, setelah pemimpin pro-Rusia di negara itu digulingkan pada 2014.
September lalu, PBB menuduh Rusia melakukan pelanggaran berat hak asasi manusia di Krimea. Oleh sebab itu, dalam filmnya, Vladimir Putin menyampaikan bahwa ia mungkin akan memaafkan beberapa hal, tapi tidak semuanya.
Ketika ditanya oleh Kondrashov untuk menjelaskan apa yang tidak bisa dimaafkan, pemimpin Rusia tersebut menjawab, "Pengkhianatan."
Advertisement