Pencipta Siri Nilai Apple Terlalu Banyak Menuntut

Salah satu pencipta Siri beranggapan Apple terlalu meminta banyak hal.

oleh Andina Librianty diperbarui 13 Mar 2018, 07:00 WIB
Pencipta Siri Nilai Apple Terlalu Banyak Menuntut. (Doc: BGR)

Liputan6.com, Jakarta - Apple berhasil memiliki peranan penting di dunia asisten virtual ketika Siri debut pada iPhone 4s, tujuh tahun silam. Namun seiring perkembangannya, salah satu pencipta teknologi tersebut (co-founder) justru menganggap Apple terlalu menuntut pada Siri.

Salah satu pencipta Siri, Norman Winarsky, mengatakan Apple meminta Siri melakukan terlalu banyak hal untuk terlalu banyak orang. Selama tujuh tahun kehadirannya, Siri selalu memiliki peningkatan termasuk fungsi yang lebih banyak.

Menurut Winarsky, sebelum Apple membeli Siri pada 8 April 2010, rencana awalnya teknologi itu akan digunakan untuk kepentingan hiburan dan perjalanan. Misalnya, Siri akan mengetahui tentang penerbangan pemiliknya yang dibatalkan ketika tiba di bandara.

Contoh lainnya, Siri digunakan untuk menemukan altenatif menuju tempat tujuan ketika smartphone dikeluarkan dari kantong. Ketika Siri sudah sempurna di area tersebut, Apple dinilai seharusnya memperlambat ekspansi kemampuan layanan tersebut.

Sayangnya, Apple kini memiliki pendapat berbeda. Siri saat ini didesain untuk membantu para pengguna iOS di semua bagian hidup mereka seperti mengatur alaram, mendapatkan laporan cuaca terbaru atau memberikan alamat lokasi sebuah tempat.

Winarsky berpendapat, semakin banyak hal yang ingin dilakukan, maka akan sejalan dengan masalah yang dihadapi.

"Ini adalah masalah yang berat dan ketika kalian adalah sebuah perusahaan yang berurusan dengan miliaran orang, masalahnya juga akan semakin sulit. Mereka mungkin mencari kesempurnaan yang tidak bisa dapatkan," ungkap Winarsky, seperti dikutip dari Phone Arena, Selasa (13/3/2018).

 


Produsen Android Asal Tiongkok Tak Bisa Jiplak Face ID

Pengunjung menghadiri pembukaan Visitor Center di kawasan Apple Park di Cupertino, California, Jumat (17/11). Di dalamnya terdapat area untuk penjualan produk-produk, seperti iPhone, iPad, Apple Watch, MacBook dan merchandise bermerek. (AP/Eric Risberg)

Siri adalah salah satu fitur menarik yang dimiliki iPhone. Fitur menarik lainnya adalah sistem pengenalan wajah, Face ID.

Menurut laporan, para produsen perangkat Android asal Tiongkok tidak bisa dengan mudah menjiplak fitur tersebut karena harganya yang mahal. Namun, Apple bukan satu-satunya perusahaan yang menggunakan teknologi ini untuk smartphone.

Face ID sendiri merupakan teknologi 3D sensing camera yang menghadirkan pemindaian akurat, serta keamanan yang ketat. Menurut laporan, 3D sensing module saat ini dijual dengan harga US$ 30 hingga US$ 50 (setara Rp 406 hingga Rp 678 ribuan) per unit. Artinya, jika smartphone dengan Face ID dijual murah, tentu keuntungannya akan sangat tipis atau menyebabkan kerugian.

 


Apple Akan Boyong Face ID ke 3 iPhone Terbaru

Sebuah iPhone X terbaru dipajang di gerai iBox, Central Park, Jakarta, Jumat (22/12). iPhone 8, iPhone 8 Plus, dan iPhone X dijual dengan harga 15 hingga 20 juta rupiah tergantung kapasitas memori. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Manufaktur Android murah dari Tiongkok berharap harga teknologi 3D sensing akan turun pada tahun ini, seiring dengan banyaknya perusahaan yang menggunakannya. Namun pasokannya kemungkinan akan terkendala, terutama karena Apple juga berencana memboyong teknologi Face ID pada tiga model iPhone berbeda tahun ini.

Jika benar demikian, dibutuhkan banyak modul kamera 3D sensing dan harganya tak mungkin turun dalam waktu dekat. Oleh karena itu, kebanyakan manufaktur Android murah Tiongkok diprediksi akan menunda rencana menghadirkan fitur serupa Face ID untuk produk mereka.

(Din/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya