Dolar AS Tertekan di Asia, Rupiah Menguat ke 13.750 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.750 per dolar AS hingga 13.776 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 12 Mar 2018, 13:30 WIB
Teller menghitung mata uang dolar di Jakarta, Jumat (2/2). Deputi Gubernur BI Senior Mirza Adityaswara mengatakan, bahkan sebelum fluktuasi yang terjadi beberapa hari ini, rupiah sudah undervalue. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Dolar AS memang tertekan di Asia terutama terhadap yen Jepang. 

Mengutip Bloomberg, Senin (12/3/2018), rupiah dibuka di angka 13.773 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan sebelumnya yang ada di angka 13.797 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.750 per dolar AS hingga 13.776 per dolar AS. Jika dihitung dari awal pekan, rupiah melemah 1,48 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.768 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan pada Jumat lalu yang ada di angka 13.794 per dolar AS.

Dolar AS memang tertekan di kawasan Asia pada perdagangan hari ini, terutama terhadap yen Jepang. Penguatan yen ini karena pelaku pasar berbondong-bodong melepas aset saham dan memburu yen usai adanya isu skandal yang melibatkan istri Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

"Yen akan terus menguat jika skandal tersebut terus menyebabkan ketidakpastian ekonomi" jelas analis senior Sumitomo Mitsui Banking Corporation Singapura Satoshi Okagawa.

Untuk diketahui, dalam skandal ini, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Menteri Keuangan Taro Aso dianggap menaikkan harga pasar dalam proses jual beli lahan untuk pembangunan sekolah.

Selain Abe, skandal tersebut juga menyeret nama Akie Abe, istri sang perdana menteri. Shinzo dan Akie diduga menjual lahan tersebut dengan harga hanya 10 persen dari total nilai di pasaran kepada operator sekolah swasta Moritomo Gakuen.


BI Jaga Stabilitas Rupiah

Teller menunjukkan mata uang dolar di Jakarta, Jumat (2/2). Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang berada di level Rp13.700 hingga Rp13.800.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) menyatakan senantiasa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Selain itu juga konsisten dan berhati-hati merespons dinamika pergerakan nilai tukar rupiah.

Ini dilakukan untuk memastikan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga sehingga keberlangsungan pemulihan ekonomi dapat berlanjut.

"Respons Bank Indonesia ditempuh untuk mengelola dan menjaga fluktuasi (volatilitas) nilai tukar rupiah agar tetap sejalan dengan kondisi fundamental makroekonomi domestik dengan juga memperhatikan dinamika pergerakan mata uang negara lain," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo pada Rabu 7 Maret 2018. 

Ia menuturkan, ekonomi Indonesia semakin terintegrasi dengan sistem keuangan global, dinamika nilai tukar rupiah, saat ini merupakan dampak langsung dari kondisi ekonomi global yang terus alami pergeseran kebijakan moneter global saat ini, terutama di Amerika Serikat (AS) .

Saat ini, AS tengah memasuki era peningkatan suku bunga dan rezim kebijakan fiskal yang lebih ekspansif. "Dampak dari kebijakan ekonomi AS tersebut berpengaruh terhadap perekonomian di seluruh negara, termasuk Indonesia yang antara lain tercermin pada dinamika pergerakan mata uang negara-negara di dunia," ujar dia.

 


Ketahanan Ekonomi RI Tinggi

Teller menghitung mata uang dolar di Jakarta, Jumat (2/2). Dengan nilai tersebut posisi nilai tukar rupiah sudah masuk level undervalued, atau telah keluar dari level fundamentalnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Namun demikian, BI meyakini dengan ketahanan perekonomian Indonesia saat ini. Hal ini didukung oleh jalinan koordinasi BI dan pemerintah yang semakin kuat, perekonomian Indonesia mampu hadapi tantangan dari berbagai pergeseran ekonomi global tersebut.

"Bank Indonesia akan tetap berada di pasar secara terukur untuk mengawal terciptanya stabilitas Rupiah sehingga kepastian dan keyakinan masyarakat terhadap perekonomian nasional tetap terjaga dengan baik," kata Agus.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya