Liputan6.com, Jakarta Apa yang akan Anda lakukan dengan kantong teh bekas? Membuangnya ke tempat sampah tanpa berpikir lebih jauh? Tapi tidak bagi Ruby Silvious. Artis kelahiran Filipina yang sekarang menetap di Amerika Serikat ini menemukan cara untuk memanfaatkan kantong teh bekas menjadi karya seni yang sangat rumit.
Lukisan di kantong teh bekas dengan menggunakan cat air yang dilukisnya terinspirasi dari sejumlah destinasi di seluruh dunia.
Advertisement
Entah ia sedang memikirkan jalan-jalan berbatu di Provence atau membuat sketsa limoncello di Italia, lukisan Silvious adalah foto kecil dari budaya setiap lokasi di seluruh penjuru dunia, sangat rinci meski berukuran kecil.
"Sebagai seniman, Anda selalu berusaha menemukan cara unik untuk mengekspresikan seni Anda, salah satunya dengan memanfaatkan kantong teh bekas ini,” ungkapnya.
Karya seni unik
Silvious mengaku ide untuk proyek ini lahir saat ia sedang minum teh.
"Anda harus melihat semua tumpukan eksperimen saya yang gagal," kata Silvious. "Saya tidak pernah membuang apapun, saya juga mencoba mendaur ulangnya."
Ia mulai berbagi desainnya yang rumit dan unik di halaman Instagram miliknya, dan dengan cepat menyebar hingga mengundang decak kagum dari banyak orang.
Advertisement
Lukisan yang Terinspirasi dari Beragam Lokasi di Seluruh Dunia
Gambar mini yang samar-samar menggambarkan perjalanannya ke seluruh dunia, mulai jalan-jalan berwarna-warni di Italia, kemegahan Menara Eiffel di Paris hingga bukit Itohsima, Jepang.
Karya seni yang jelas tidak hanya didorong oleh kecintaannya pada traveling namun juga kecintaannya pada teh juga memainkan peran yang penting.
"Seiring waktu saya telah menemukan semua jenis konstruksi kantong teh. Saya memperhatikan bahwa kantong teh tertentu jauh lebih tipis daripada yang lain, beberapa kantong teh juga berbau lebih enak dari yang lain,” ungkap Silvious pada CNN Travel. Ia juga menyarankan untuk tidak melukis dengan camomile karena saat dikeringkan daun tehnya menempel pada kantong teh hingga sulit dilukis.
Silvious juga telah mengumpulkan karyanya ke dalam buku berjudul "363 Days of Tea" yang berisi lukisan-lukisannya selama satu tahun.
Yurike Metriani