Liputan6.com, Khabarovsk - Beberapa waktu lalu, warga di dekat kota Khabarovsk di Siberia, Rusia timur, dibuat geger dengan temuan sebuah tas berisi 27 pasang tangan manusia.
Ke-27 pasang tangan ini mulanya ditemukan oleh seorang warga lokal yang menemukan salah satu potongan tangan tergeletak di tepi sungai. Lalu tak lama kemudian, petugas menemukan tas berisi potongan tangan lain di dalamnya.
Setelah ramai jadi buah bibir, pemerintah Rusia mulai angkat suara. Mereka mengatakan bahwa kemungkinan potongan tangan itu dibuang oleh laboratorium forensik setempat, dengan menggunakan protokol dan prosedur yang tepat.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari laman Livescience.com, Senin (12/3/2018), Sungai Amur -- lokasi ditemukannya potongan tangan -- adalah tujuan penangkapan ikan favorit warga lokal.
Pasca-penemuan benda menyeramkan itu, seseorang yang tak ingin disebutkan namanya melaporkan ke sejumlah media Rusia bahwa penemuan itu adalah bukti dari sebuah aksi brutal.
Sementara itu, banyak pengguna media sosial yang meyakini bahwa adanya satu informasi yang ditutup-tutupi atas penemuan potongan tangan itu.
Meski pemerintah Rusia menyebut bahwa potongan tangan ini dibuang secara prosedur oleh laboratoriun forensik, masih ada sejumlah pihak yang mempercayai bahwa tangan-tangan itu dibuang dengan tidak semestinya.
"Kami yakin, objek biologis (tangan) yang ditemukan bukan berasal dari tindak kriminal," tulis Komite Investigasi -- sebuah badan pemerintah.
Dikutip dari laman Daily Mail, salah satu teori mengerikan yang mengemuka adalah potongan tangan di Rusia itu merupakan korban hukuman pencurian. Yang lainnya mengira penggalan bagian tubuh itu berasal dari jasad di rumah sakit -- namun tidak diketahui pasti mengapa dilakukan pemotongan demikian.
Sementara, sejumlah orang khawatir, potongan tangan itu berasal dari jasad yang bagian tubuh lainnya dicuri. Sengaja dipotong untuk mencegah identifikasi.
Media Rusia lainnya melaporkan bahwa di samping potongan tangan itu ditemukan perban medis dan penutup sepatu plastik bergaya rumah sakit.
"Ini adalah pemandangan yang memuakkan," kata seorang warga lokal. Polisi menolak berkomentar.
Sejauh ini, sudah ditemukan sidik jari di satu tangan, sementara potongan tangan lainnya tengah diperiksa.
Jasad Tanpa Kepala
Temuan menggegerkan juga pernah terjadi di Meksiko utara pada Mei 2012. Kala itu, kepolisian setempat menemukan 49 mayat tanpa kepala di pinggir jalan wilayah Monterey.
Sejumlah tubuh yang terdiri dari 43 pria dan enam wanita itu diduga adalah korban kartel mafia narkoba. Berdasarkan coretan di dinding dekat penemuan mayat, diketahui mereka adalah korban kekejaman kartel Zetas. Kemungkinan, para korban adalah anggota kartel Semenanjung yang memang menjadi rival kuat Zetas.
"Ini adalah kekerasan antarkelompok kriminal, bukan terhadap warga sipil," kata Jorge Domene, juru bicara keamanan Nuevo Leon.
Sebelumnya, pada awal Mei, juga ditemukan 23 mayat korban mutilasi di Timur Laut Meksiko, daerah perbatasan dengan Amerika Serikat.
Melihat hal itu, Presiden Meksiko kala itu, Felipe Calderon memerintahkan aparat kepolisian dan militer untuk melakukan operasi pemberantasan geng narkoba.
Seorang Jaksa mengatakan, sejak Presiden Felipe Calderon menyatakan perang terhadap kartel narkoba pada Desember 2006, lebih dari 47.000 orang tewas akibat aksi kekerasan geng narkoba. Selain anggota kartel, korban juga berjatuhan di kalangan sipil, pegawai pemerintahan, dan wartawan.
Negara bagian Nuevo Leon dan Tamaulipas adalah wilayah terparah. Di Monterrey, Ibu kota Nuevo Leon, sedikitnya 400 orang tewas pada 2011, jumlahnya meningkat tiga kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
Kekerasan paling sering terjadi pada pertikaian dua kartel besar, Zetas dan Semenanjung. Awalnya, Zetas yang anggotanya terdiri dari para pembelot angkatan bersenjata Meksiko bekerja sama dengan kartel Semenanjung. Hubungan memburuk pada 2010, dan keduanya mulai saling serang.
Advertisement