Waspada, Penyakit Serius Intai Mereka yang Gemar Mewarnai Rambut

Gemar mewarnai rambut, penyakit serius mengintai di kehidupan wanita ini.

oleh Reza Sugiharto diperbarui 19 Mar 2018, 19:32 WIB
Gemar mewarnai rambut, penyakit serius mengintai di kehidupan wanita ini. (Sumber foto: Huffingtonpost.com)

Liputan6.com, Jakarta Pewarna rambut menjadi salah satu barang yang cukup populer dikalangan anak muda saat ini. Tidak sedikit orang yang mewarnai rambutnya karena ingin mencoba hal yang baru atau sudah bosan dengan rambut yang warnanya biasa saja.

Namun tidak hanya anak muda yang tertarik dengan pewarna rambut. Orang yang beranjak tua pun tertarik dengan hal ini. Salah satu alasan mereka menggunakan pewarna rambut adalah ingin menutupi rambut putih yang menandakan bahwa mereka sudah tua.

Meski pewarna rambut bisa menjadi daya tarik dan membuat pemakainya menjadi percaya diri, pewarna rambut memiliki resiko penyakit yang bisa mengancam kesehatan bahkan bisa merenggut nyawa penggunanya.

Akhir-akhir ini kerap terdengar kasus penyakit serius bahkan kematian yang disebabkan oleh pewarna rambut. Bahan kimia yang terkandung di dalamnya membuat dia bisa meresap ke dalam tubuh penggunanya.

 


Rutin Menggunakan Pewarna Rambut

Gemar mewarnai rambut, penyakit serius mengintai di kehidupan wanita ini. (doc: iStock)

Belum lama ini telah ada terjadi lagi laporan penyakit serius yang disebabkan pewarna rambut. Seorang wanita bernama Chen (50) dari Harbin, China, baru-baru ini didiagnosis penyakit sirosis hepatis. Sirosis Hepatis atau sirosis hati merupakan kelainan bentuk dan fungsi hati. Seseorang dengan sirosis mengalami pergantian jaringan hati yang normal dengan jaringan parut yang merusak sel hati sehingga hati tidak dapat berfungsi secara normal.

Penyebab Chen terkena penyakit serius ini karena ia sangat rutin menggunakan pewarna rambut. Bahkan dia bisa menggunakan pewarna rambut dalam jangka waktu sebulan sekali. Alasan Chen rutin mewarnai rambutnya karena ingin menutupi uban atau rambut berwarna putih yang menunjukkan penuaan.

Karena uban yang tumbuh berlebihan, Chen mulai mewarnai rambutnya sejak ia berumur 40 tahun. Chen mulai mewarnai rambutnya untuk menyembunyikan tanda penuaan. Namun alasan Chen mewarnainya tiap bulan karena ubannya tumbuh sangat cepat.

Kondisi penyakit serius yang diderita Chen diketahui dua bulan lalu, sejak dia menaki tangga di rumahnya. Saat itu dia merasa sangat lelah dan langsung tidur setelah sampai kamar. Namun saat suaminya melihat kondisi Chen, dia sadar bahwa kulit istrinya berwarna kuning, bahkan pupil matanya ikut menguning.

 


Bahan Kimia Membuat Hatinya Rusak

Mereka-pun segera pergi ke rumah sakit dan tes menunjukkan bahwa dia memiliki kadar bilirubin (senyawa pigmen berwarna kuning) dalam jumlah yang sangat besar.

Dokter menemukan bahwa hati Chen sedang dalam stadium lanjut. Sontak dokter yang menangani langsung mencari tahu penyebab penyakit serius tersebut. Dalam pemeriksaan lebih lanjut, Chen tidak memiliki masalah dalam alkohol, bahkan riwayat medisnya tidak menunjukkan obat yang bisa merusak hatinya.

Setelah mendengar rutin mewarnai rambut setiap bulan dan telah berlangsung selama 10 tahun, dokter menetapkan bahwa bahan kimia dalam pewarna itulah yang bertanggung jawab atas sirosisnya.

 


Resiko Terkena Kanker Menjadi Lebih Besar

Setelah lebih dari 20 hari pengobatan, kesehatan Chen telah meningkat pesat. Namun dokter mengatakan bahwa beberapa kerusakan pada livernya (hati) tidak dapat diobati, yang meningkatkan risiko terkena kanker.

Dr. Fu Lijuan, selaku direktur Departemen Penyakit Dalam untuk Penyakit Menular, mengatakan bahwa kebanyakan pewarna rambut mengandung puluhan bahan kimia, beberapa di antaranya sangat beracun bagi tubuh manusia, seperti nitrobenzene dan anilin. Zat ini mudah diserap melalui kulit kepala.

Dr Fu menyarankan agar tidak mewarnai rambut dengan alasan kesehatan. Tapi jika harus melakukannya, Fu menyarankan agar menggunakan pewarna alami. Atau jika ingin menggunakan pewarna rambut kimia, Fu mengklaim bahwa sebaiknya digunakan dalam jangka waktu enam bulan sekali.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya