Liputan6.com, Banda Aceh - Sejumlah rumah bantuan korban tsunami yang tidak ditempati pemiliknya di kompleks Perumahan Indonesia-Tiongkok, Gampong Neuheun, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, Aceh, dilaporkan menjadi sasaran maling.
Informasi yang dihimpun dari warga setempat, lebih dari tujuh rumah korban tsunami di kompleks yang dikenal Perumahan Jacky Chan itu disatroni maling.
"Rumah yang menjadi sasaran maling tidak ada penghuni. Pemilik tinggal di tempat lain dan dibiarkan kosong. Maling beraksi dini hari," kata Taufik, warga setempat, Selasa, 13 Maret 2018, dilansir Antara.
Baca Juga
Advertisement
Akan tetapi, aksi maling tersebut hingga kini belum dilaporkan ke kepolisian setempat. "Kami belum menerima laporan resminya. Begitu juga informasi lainnya terkait pencurian di kompleks perumahan tersebut," kata Kapolsek Krueng Raya AKP Agus Salim.
Namun, perwira pertama Polri itu menyatakan segera menyelidiki informasi sejumlah rumah korban tsunami di Gampong Neuheun yang menjadi sasaran maling. Ia juga meminta pemilik rumah yang disatroni maling untuk segera melapor ke polisi.
Selain itu, AKP Agus Salim juga mengimbau warga setempat meningkatkan pengawasan guna mengantisipasi terjadinya kejahatan, seperti mencegah pencurian.
"Laporkan segera jika ada kegiatan mencurigakan kepada kepolisian terdekat," ujar AKP Agus Salim.
Kisah Korban Tsunami Aceh
Pada 26 Desember 2004, seorang wanita bernama Umi Kalsum sedang sibuk menanam bunga di Desa Alu Naga, Kabupaten Aceh Besar. Perempuan yang tengah larut menggeluti hobinya itu tiba-tiba dikagetkan oleh guncangan gempa dengan episentrum di lepas pesisir barat Sumatera, Indonesia, tepatnya di bujur 3.316° N 95.854° E, kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer.
Kala itu, sekitar pukul 07.58 WIB, gempa berkekuatan 9,1 skala Richter (SR) menghantam Aceh, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai pantai timur Afrika. Beberapa menit kemudian, gelombang tsunami menerjang.
Umi langsung bergegas lari. Sang anak sempat memintanya untuk tidak lari, tapi wanita yang saat itu berumur 48 tahun memilih berlari mengajak cucunya. Baru beberapa meter berlari, tubuh Umi dan cucuknya terempas ombak tsunami.
"Kami sudah teraduk-aduk dalam air, sesaat sempat saya lihat cucu saya dalam air, saya coba raih tapi tidak dapat, yang ada tangan saya kesangkut di pagar, ini hampir putus," cerita Umi.
Advertisement
Dililit Ular
Umi Kalsum pun hilang kesadarannya karena terombang-ambing gelombang pekat tsunami. Tiba-tiba, ada ular yang mendekat dan melilitnya.
"Saya sadar pertama sudah di jembatan ini (Jembatan Kajhu), ya subhanallah mulut ular itu di depan mata saya, tubuh saya itu dililitnya," ujar Umi Kalsum dalam bahasa Aceh.
Si ular terus membawanya mendekat ke relawan. Tiga pemuda dari PMI kemudian menjemputnya dan melepaskan lilitan ular dari tubuhnya.
"Sempat saya bilang sama anak itu, pas ditarik saya, nak ada ular, tidak apa-apa katanya dia enggak ganggu kita," cerita nenek yang juga kehilangan 30 sanak saudaranya saat tsunami menghantam desanya.
Selain itu, Umi juga melihat ayam jago miliknya juga selamat berenang di atas sehelai papan tidur miliknya. "Ayam meutuah (mulia) itu juga selamat di atas papan tidur saya, itulah mungkin kuasa Allah," ujar Umi.
Saksikan video pilihan berikut ini: