Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) membukukan laba sebesar Rp 1,2 triliun pada 2017. Laba perseroan tumbuh 13,51 persen dari periode 2016 sebesar Rp 1,05 triliun.
Pertumbuhan laba PT Wijaya Karya Tbk didorong dari pendapatan naik 67,06 persen menjadi Rp 26,17 triliun pada 2017. Perseroan mencatatkan pendapatan Rp 15,66 triliun pada 2016.
" Pencapaian laba tahun 2017 ini hampir 2x lipat dari laba tahun 2015 yang hanya berada pada kisaran Rp675 Miliar dan melonjak signifikan dari laba tahun 2017 yang mencapai Rp1,06 triliun," kata Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk Bintang Perbowo dalam keterangan tertulis, Rabu (14/3/2018).
Baca Juga
Advertisement
Kontribusi penjualan terbesar datang dari sektor infrastruktur dan bangunan gedung sebesar 62,25 persen. Sektor industri penunjang infrastruktur berkontribusi sebesar 17,92 persen, sektor energi dan industrial plant sebesar 14,41 persen serta sektor realti dan properti berkontribusi sebesar 5,41 persen.
Beban pokok penjualan perseroan naik 72,88 persen dari Rp 13,47 triliun pada 2016 menjadi Rp 23,30 triliun pada 2017. Hal itu mendorong laba bruto tumbuh 31,21 persen dari Rp 2,19 triliun pada 2016 menjadi Rp 2,87 triliun pada 2017.
Perseroan mencatatkan laba pada investasi pada ventura bersama naik menjadi Rp 572,70 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 378,83 miliar.
Perseroan mencatatkan pendapatan bunga naik menjadi Rp 241,82 miliar dari periode 2016 sebesar Rp 50,97 miliar. Selain itu, beban umum dan administrasi naik menjadi Rp 666,71 miliar pada 2017.
Dengan melihat kondisi laba per saham 134,10 pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya 162,21.Perseroan mencatatkan total liabilitas Rp 31,05 triliun pada 31 Desember 2017 dari posisi 31 Desember 2016 sebesar Rp 18,61 triliun. Ekuitas perseroan naik menjadi Rp 14,6 triliun pada 31 Desember 2017. Perseroan mencatatkan kas dari aktivitas operasi sebesar Rp 1,88 triliun pada 2017.
Pada perdagangan saham Rabu pekan ini, saham PT Wijaya Karya Tbk turun 0,56 persen menajdi Rp 1.790 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 1.869 kali dengan nilai transaksi Rp 19,6 miliar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Bintang menuturkan, perseroan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 12,05 triliun pada 2018. Belanja modal perseroan dengan rincian 58,7 persen untuk penyertaan modal, 36,3 persen untuk pengembangan usaha dan 5 persen akan dipergunakan untuk investasi aset tetap.
Sejalan dengan performa positif yang dicapai, perseroan memperoleh kontrak baru sebesar Rp 10,45 triliun hingga minggu kedua Maret 2018. Sektor infrastruktur menyumbangkan kontrak terbesar senilai Rp 7,55 triliun.
Perolehan kontrak baru di sektor industri mencapai Rp 2,05 triliun, sektor energi dan industrial plant berhasil menyumbang kontrak sebesar Rp 662 Miliar, sementara perolehan kontrak di sektor realty dan properti mencapai Rp 196 miliar.
Advertisement