Stroke Ibarat Bom Waktu, Itu Kenapa Rutin Check-Up Perlu

Stroke bisa diibaratkan seperti bom yang bisa meledak sewaktu-waktu, karenanya pemeriksaan rutin atau check-up sangatlah penting.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 14 Mar 2018, 17:00 WIB
Ilustrasi stroke (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Medical check-up secara berkala dapat menjauhkan kita dari stroke. Konsultan Senior dari National Health Centre, Singapura, Tan Ru San, merekomendasikannya setiap satu tahun sekali. Terutama untuk mengecek kesehatan jantung.

Tindakan ini guna memastikan bahwa jantung masih berdetak dengan irama dan ritme beraturan. Itu berarti kita tidak menderita atrial fibrillation (AF). Sebuah kondisi saat jantung berdetak tak beraturan yang dapat meningkatkan risiko stroke akibat penggumpalan darah.

"Bisa lima kali lipat (risiko untuk kena stroke)," ujar Tan Ru San dalam acara Spotlight On Stroke di Carlton Hotel, Singapura, pada Selasa malam, 14 Maret 2018.

Sementara untuk pasien AF, Tan Ru San mengimbau agar jangan menunggu sampai satu tahun dulu. Bisa kapan saja. Begitu tubuh mulai terasa tidak nyaman, segera cek ke dokter.

Adapun gambaran dari sesuatu yang tidak nyaman itu, yakni badan mendadak mudah sekali lelah, deg-degan, atau napas menjadi pendek.

"Tubuh sudah kasih sinyal-sinyal tapi kita cenderung abai," kata Tan Ru San.

Abai dan cuek ini justru berbahaya. Stroke bisa muncul sekalipun kita sudah mati-matian menolak kemunculan penyakit itu.

Kita boleh mengklaim bahwa jantung sehat-sehat saja. Namun, yang terasa belum tentu sesuai "kenyataan" setelah melakukan check-up.

Saksikan juga video menarik berikut:

 


Tidak Selalu Ada Gejala

Ilustrasi stroke (iStockphoto)

Menurut Profesor Tan Ru San, tak sedikit pasien AF tidak memiliki gejala, bahkan cenderung merasa tidak memiliki gejala-gejala yang mengarah ke sana.

Penting untuk kita mendiagnosis AF karena irama abnormal dapat menyebabkan gumpalan darah terbentuk di jantung. Nanti dokter akan memberikan obat pengencer darah guna menghentikan pembentukan darah tersebut. Dengan begitu, terhindar dari stroke.

Dalam kesempatan yang sama, hadir pula Anthony Quek. Bapak berumur 60 tahun ini adalah pasien stroke karena AF. Saat ini tengah pemulihan setelah menjalankan pengobatan menggunakan Rivaroxaban.

Dia bercerita, sempat dilanda rasa tak percaya begitu dokter mendiagnosis dia dengan AF. Selama ini dia merasa sehat-sehat saja. Selalu mengonsumsi makanan sehat, tidak merokok, tidak pula minum minuman keras, dan yang paling terpenting dia rajin sekali berolahraga.

Akan tetapi, ada satu yang tak dapat dia hindari, yaitu stres. Stres di tempat kerja. Tan Ru San mengiyakan bahwa stres juga bisa menyebabkan AF. Ditambah pula faktor risiko besar yang lain, seperti darah tinggi, gangguan jantung (cardiac disease), dan diabetes.

Stroke Anthony derita karena dia tidak rajin mengonsumsi obat yang diberikan dokter. Setelah stroke menyerang, pria yang sering dipanggil untuk berbagi kisah hidup selama melawan stroke itu, jadi rajin minum obat.

Tan Ru San kembali mengingatkan, stroke seperti bom waktu. Kapan saja dia mau meledak, dia akan meledak, tinggal menunggu waktu saja.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya