Kapolri Bantah Istilah Muslim dalam Sindikat MCA Buatan Polisi

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian membantah kata 'muslim' dalam kepanjangan sindikat penyebar berita bohong atau hoaks, Muslim Cyber Army (MCA), adalah rekayasa Polri.

oleh Ika Defianti diperbarui 15 Mar 2018, 06:04 WIB
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengikuti rapat kerja dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (14/3). Polri juga akan bersinergi dengan aparat penegak hukum lainnya dalam pemberantasan korupsi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian membantah kata "muslim" dalam kepanjangan sindikat penyebar berita bohong atau hoaks, Muslim Cyber Army (MCA), merupakan rekayasa Polri. Tito menyebut istilah itu hasil dari investigasi.

"Soal MCA kelompok ini menyebut mereka seperti itu. Jadi, bukan bahasa dari Polri," kata Tito di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (14/3/2018).

Mantan Kapolda Metro Jaya menyebut pihaknya dan muslim yang lain juga merasa tidak nyaman dengan sebutan itu. Sebab, penyebar hoaks juga tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Tito menyebut istilah itu digunakan untuk menarik perhatian. Seperti halnya istilah yang digunakan saat peristiwa bom Bali.

"Mereka menyebut Al Jamaah Al Islamiah, itu ada dari pengakuan para tersangka dan dokumen POPJI. Kita tidak nyaman dengan istilah itu," ucap Kapolri soal MCA.

 


Tak Mungkin Ganti Istilah

Namun, sebagai hasil investigasi, Tito menyebut Polri hanya menyampaikan fakta yang ada. Bila sebutan tersebut diganti, justru itu sebuah rekayasa.

"Tidak benar, maka lebih netral kami gunakan singkatan MCA. Itu akan lebih soft, membuat publik nyaman," jelas Tito.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya