Tantangan Besar Dunia Pendidikan Indonesia Versi Sri Mulyani

Pemerintah berkomitmen untuk mengalokasikan 20 persen dari anggaran belanja untuk pendidikan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Mar 2018, 21:20 WIB
Menkeu Sri Mulyani Indrawati saat memberi pemaparan dalam acara Mandiri Investment Forum (MIF) di Jakarta, Rabu (7/2). Acara ini mengusung tema "Reform and Growth in The Political Years". (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berkomitmen untuk mengalokasikan 20 persen dari anggaran belanja untuk pendidikan. Hal ini bertujuan ‎agar Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia mampu bersaing dengan negara lain.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, ‎tahun ini anggaran pendidikan mencapai Rp 444 triliun, anggaran tersebut terus meningkat setiap tahun. Dia menyebutkan, tahun lalu anggaran pendidikan masih sebesar Rp 426 triliun.

"Bila bicara pendidikan harus mengalokasikan 20 persen belanja negara harus untuk belanja pendidikan, dalam anggaran kita tahun ini 20 persen atau Rp 444 triliun," kata Sri Mulyani, saat menghadiri Learning Innovation Summit 2018, di Jakarta, Rabu (14/3/2018).

Alokasi anggaran yang besar tidak membuat permasalahan sektor pendidikan langsung selesai. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai sebanyak 250 juta, sebanyak 75 juta di antaranya adalah penduduk usia sekolah.

Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk meningkatkan kualitas aset Indonesia yang sangat penting, menjadi sumber daya manusia yang lebih baik, kreatif dan produktif.

"Ini magnitude bagaimana tantangan strategi membangun aset di Indonesia, yaitu manusia akan jadi lebih baik, kreatif produktif dan cerdas apabila punya pendidikan," tutur Sri Mulyani.

 


Tantangan Perkembangan Teknologi

Menkeu Sri Mulyani menghadiri penandatangan perjanjian Pemerintah Pusat, Pemprov Papua, Pemkab Mimika dan PT Inalium tentang Pengambilan Saham Divestasi PT Freeport Indonesia di Kementrian Keuangan Jakarta, Jumat (12/2). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sri Mulyani melanjutkan, tantangan berikutnya adalah perkembangan teknologi yang berubah cepat. Kondisi ini membuat dunia pendidikan harus lebih peka untuk menyikapinya. Jika tida‎k, maka sumber daya manusia Indonesia akan jauh tertinggal.

"Kita sibuk memperbaiki kualitas, proses, manajemen dan hasil pendidikan, tetapi kita dihadapkan oleh dunia yang berubah cepat, teknologi berubah cepat,‎" tuturnya.

Dia pun menginginkan, sektor pendidikan dengan anggaran yang besar dapat membuahkan hasil yang baik. Karena biasanya hal yang diraih tanpa kerja keras akan memunculkan hasil yang tidak baik.

"Kualitas belanja pendidikan yang baik, maka sektor pendidikan tidak perlu bekerja keras karena sudah dapat jatah, beda sektor lain kesehatan, jalan raya listrik, irigasi, perdagangan penting industri penting, semua penting, tapi semua itu harus buat program yang baik untuk dapat anggaran, manusia biasanya dalam kemudahan dapat anggaran akan memunculkan upaya tidak menghasilkan terbaik," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya